Thursday, October 1, 2015

Pengalaman Pribadi, 2 Oktober 2015

Ini adalah pengalaman pertama saya. Seharusnya kejadian ini terjadi di malam hari. Padahal, malam sebelum kejadian ini, saya berada diluar sampai pukul 3 pagi mengunjungi teman di Terrace Cafe. Tetapi mungkin Tuhan itu mau ngasihtau saya, menasehati saya lewat kejadian ini.

Pagi ini, sekitar pukul 8 pagi lebih abang saya Bang Gega membangunkan saya. Meminta saya bergegas untuk segera belanja dan masak untuk makan siang hari ini. Segeralah saya dan pacar abang saya, yg biasa saya panggil Kak Mel bergegas untuk segera belanja. Saya ntah kenapa pagi itu ga doyan bawa dompet. Jd saya hanya mempersiapkan uang 10ribu dan beberapa receh di kantong. Kak Mel tiba-tiba bergumam dr garasi motor, kalau dia juga malas bawa dompet. Jd dia juga cuma membawa uang belanja dikantong. Sekitar 50ribu.
Kami menaiki motor mio merah milik Bang Gega menuju Pasar Sambilegi. Cukup jauh dari area rumah abang. Setibanya kami di pasar, mulailah jiwa keibuan kami keluar. Segala jurus tawar menawar pun kami luncurkan. Kami membeli beras 2 kg, tomat 1/2kg, kentang 1/2kg, Ayam Fillet 1/2kg, Tahu Putih 1/4kg, Ikan Teri 1kg, Bumbu sup, dan Gorengan titipan abang. Maka setelah semua yg kami butuhkan sudah terbeli, kami bergegas pulang. Lewat jalan yg berbeda dari jalan awal kami berangkat. Kami melewati Kampus Instiper, lewat rongroad sedikit, menyebrang, lalu masuk ke jalan  ber-gapura, mulailah kejanggalan terjadi. Untungnya jarak mulut gang ke ke rumah abang, hanya sekitar 500meter. Kami diikuti dari samping oleh 2 orang lelaki yang menaiki motor matic. Saya spontan memperendah laju motor yang kubawa karena ia seperti mengatakan sesuatu tetapi saya dan Kak Mel kurang mendengar. Ia meminta kami menghentikan kendaraan kami dan menuruti permintaan mereka. Saya yang sadar pasti akan terjadi hal yg tidak beres, saya langsung berkata tegas 'tidak'. Saya spontan menaikkan laju motor. Dalam hati berkata 'sedikit lagi rumah abang' karena dia masih mengikuti kami dari sebelah kanan, sementara rumah abang berada di sisi kanan gang, saya gas mendadak motor saya dan dia yg ngikutin kami pun kaget. Lalu saya rem mendadak motor yg ku bawa. Sengaja agar motor orang yg ngikutin kami, melaju lebih depan dibanding kami. Begitu rumah abang kelihatan, langsung aku masukkan motor ke dalam garasi. Kebetulan pagar ga dikunci. Syukurnya itu. Lalu kutantang mereka. "Apa?" Kataku lantang. Mereka seperti geram dan putar balik hendak ikut masuk kedalam rumah. Mungkin mereka pikir itu bukan rumah kami. Cuma buat cari perlindungan supaya makin g dikejar. Begitu dia hendak masukkan motornya mengikuti kami masuk kedalam garasi, saya langsung berteriak "ABAAANNNGG!!". Mendengar teriakanku, mereka takut lalu kabur kearah mulut gang selatan. Kak Mel yg udah pucat pasi langsung lari kekamar mendapatkan bang Gega. Tungkai kaki saya lemas. Tangan bergetar. Dibantu oleh seorang teman Bang Gega, saya berjalan masuk rumah. Untung saya bijak. Ga menuruti kemauan si tukang begal. Barulah agak tenang, bang Gega cerita bahwa disini memang banyak tukang begal. Yang lucunya, atau untungnya terjadi pada pagi hari, bukan tadi malam. Saya ga tau harus bersyukur atau merasa hampir apes dengan kejadian ini. Jujur ini pengalaman pertama saya. Untung saja kami berdua tidak bawa dompet. Karena didompet Kak Mel ada satu set kalung dan gelang emas miliknya. Semenfara di dompet saya, ada uang tabungan saya untuk pulang ke Medan.

Untuk pulang malam sih saya ga jera ya..karena saya selalu yg dibonceng. Bukan membonceng.. Tapi mungkin jdi lebih menambah kewaspadaan aja.

Just share ya kawan-kawan
GBU