Saturday, May 21, 2016

Darimu Aku Belajar..

Senyummu sangat perlu tuk kuabadikan
Mungkin lantaran perjumpaan kita yg singkat di akhir pekan
Aku perlu menyuplai semangat di awal pekan tanpamu
Berjalan sendiri sampai pada akhirnya kau datang

Suaramu sangat penting tuk ku rekam
Serak- serak basah nya memancing fantasiku
Desahan nafas disela kata-kata menimbulkan gairah
Mungkin karena kau sangat sulit kusapa via suara

Tapi darimu aku belajar
Bahwa 'kita' hanya kau dan aku saja yg bisa memaknai
Bahwa kehadiran hubungan ini hanya atas kesepakatan kau dan aku
Aku tak perlu mencemaskan hal yang lainnya

Darimu aku belajar
Bahwa wajah, senyum, mimik, dan gesturmu
Hanya aku tuannya, hanya aku yang punya
Seolah menjadi kikir dan pelit untuk membagi

Bukan ku tak bangga memilikimu
Aku hanya tak ingin menjadi tekabur seperti yang dulu
Untuk apa menjadi seperti yang lain,
Jika dengan begini sajapun kita sudah bahagia?

Wednesday, May 18, 2016

Sudah Lama..

Padahal, malam ini
Aku ingin latih kembali jemari
Berkolaborasi dengan pikir yg mulai kikir
Demi menjuntai kata jadi puisi

Oh, atau mungkin sajak saja.
Sudah lama tak kujamah kau lewat sajak
Menikmati keterlanjanganmu dalam diam
Menghayati butiran kata yang tertuang

Tapi mungkin
Malam ini kau ingin menyentuh dan ku sentuh
Karena memang sudah lama sekali
Kau merindu, aku pun begitu


Tuesday, April 26, 2016

Kasus Sex Abuse di Lingkungan JIS : Hanya Rekayasa Demi Uang

Berawal dari suatu pagi (26/4), saya iseng mengecek akun Path (tanpa bermaksud untuk wake up di Path ya). Ada satu postingan teman yang 'sedikit' menyita perhatian saya. Kenapa saya bilang sedikit? Saat itu saya sedang sakit. Ga berniat untuk berfikir yang terlalu berat. Tp seperti ada dorongan yang mengatakan bahwa postingan teman saya yang satu ini tidak bisa diabaikan.
Kasus JIS? Tanya saya dalam hati. Kasus ini sempat menyita perhatian publik sekitar tahun 2014 lalu. Saya baca sekilas gambar screenshot yang ikut teman saya postingkan bersamaan dengan caption yang disertakan dengan link berita dibawah. Isi caption itu kurang lebih mengatakan bahwa ia sempat percaya pada berita yang beredar dan ia MENYESAL. Ia menyesal pernah mengutuk Cleaner yang disangkakan melakukan tindakan sodomi ini. Pun begitu juga dengan saya saat itu. Saya mati-matian mengutuk sodomi yang dilakukan secara berjamaah ini (karena seperti itulah yang dituduhkan kepada mereka). Sampai akhirnya kasus yang sempat tenggelam ini diusut kembali oleh seorang Kaskuser bernama 'Kurawa' yang postingannya di Kaskus itulah yang link nya disebarluaskan oleh teman saya tadi. Kalau punya waktu banyak dan berkenan membaca, saya akan menyediakan link hasil investigasi dari Kurawa mengenai kasus ini http://m.kaskus.co.id/thread/5714b6a594786844608b4567 . Saat saya dihadapkan pada kenyataan yang mengerikan itu, jujur saya menangis. Entah karena saya adalah orang yang melankolis atau karena memang kasus ini begitu menyentuh hati. Betapa sakitnya hati mereka dan keluarganya atas tuduhan pelecehan seksual tersebut.
Jujur sepanjang saya membaca hasil investigasi tersebut, bulu kuduk saya meremang. Betapa hukum ini terlalu gampang untuk dipermainkan hanya demi tuduhan yang sudah kepalang jauh dituduhkan, yang akhirnya lalu dibelokkan ke arah mencari keuntungan. Mereka dijemput paksa dari rumahnya dengan cara dijebak, sesampainya di kantor polisi mereka dipaksa untuk mengakui hal yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Yang menyedihkannya lagi salah seorang Cleaner yang dituduh sebagai salah satu pelaku sodomi disiksa di kamar mandi hingga tewas, demikianlah penuturan pelaku dalam nota pembelaannya (fotonya ada di link hasil investigasi yang tadi sudah saya berikan). Pihak berwajib menyamarkan penyebab kematian Azwar, sebagai salah satu pelaku bunuh diri dengan cara menenggak cairan wipol (pembersih lantai).
Pada saat konferensi pers, wajah para pelaku sengajaditutup dengan dalih agar pelaku tidak tertekan, padahal demi menutupi wajah mereka yang sudah sangat babak belur dihajar. Mereka berkata kepada Kurawa yang saat itu sedang melakukan investigasi bahwa pada saat konferensi pers itu hati mereka sangat sakit. Menerima cacian dan makian yang seharusnya tidak mereka terima. Sang aktor dari kasus ini tidak mau kehilangan akal. Ia semakin memperluas ranah hukum kasus anaknya yang sebenarnya baik-baik saja ini. Ia menggandeng KPAI, ibu-ibu wali murid JIS dan OC Kaligis sebagai kuasa hukumnya. Dimulailah babak baru kasus ini (Oh ya cerita saya disini hanya ringkasan dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Kurawa. Jadi kalau memang ingin mengetahui detailnya, sangat saya sarankan untuk membuka link yang tadi saya berikan). Mungkin Theresia ini sudah kepalang tanggung bikin skenario, dia buatlah skenario lain. Menuntut JIS membayar sekitar 12Juta USD sebagai biaya ganti rugi melalui jalur perdata. Ia beranggapan bahwa uang itu pun sebenarnya tidaklah cukup untuk kasus seberat anaknya ini. Tapi JIS tidak mau membayar lantaran ke-6 Cleaner ini hanya karyawan Outsoursing PT. ISS. Theresia tak hilang akal. Ia ingin supaya bagaimana caranya JIS melakukan ganti rugi. Dibuatlah skenario baru. Dari ibu-ibu wali murid yang dikumpulkan untuk menggalang dukungan, hanya satu yang benar-benar mau mengikuti jalan cerita yang sama seperti yang Theresia lakukan. Nama orangtua murid ini Dewi. Dewi bersedia membuat skenario baru kasus anaknya yang disodomi oleh 2 guru yang bekerja di JIS. Jadilah total tersangka kasus pelecehan seksual ini sebanyak 8 orang (1 orang tersangka bernama Azwar sudah meninggal dunia). Dari pengakuan Dewi inilah Theresia mendapat dukungan untuk menuntut JIS membayar ganti rugi. Dimana ganti rugi yang dimintakan awalnya 12juta USD naik menjadi 125jt USD. Kasus ini semakin menemui kejanggalan. Karena sepertinya Theresia lebih tertarik pada uang ganti rugi dibandingkan dengan tindak pidana yang sudah ia laporkan pertama kali (Duh untuk lebih lengkapnya silahkan pantengin akun Kaskusnya mas Kurawa, atau twitter (@kurawa) atau akun instagramnya (@tetapkurawa)) dimana sangat jelas diterangkan mengenai bagaimana begitu lihainya Marc dijadikan aktor cilik dalam kasus tersebut oleh ibu kandungnya sendiri, dan beberapa bukti yang dipalsukan oleh Theresia demi memuluskan aksinya.
Selama ini kita begitu gampang tergoda dan percaya akan pemberitaan di media luar. Kita begitu asyik menghujat tanpa mencari kebenarannya. Sementara pihak luar (mancanegara) sibuk memberikan dukungan pada pelaku dengan mengirimkan kartu ucapan kepada pihak keluarga pelaku dan menyelipkan beberapa lembar uang untuk sedikit membantu (artikel mengenai hal ini juga ada di link yg saya kasih tadi). Jujur saya malu. Mengapa kita Warga Negara Indonesia ga pernah mau tau kebenaran kasus ini. Bagai menelan pil bulat, tanpa tau pil itu gunanya buat apa. Sementara pihak luar sibuk mencari kebenaran kasus ini (ada wartawan CBC dari Kanada ya kalo ga salah punya data lengkap mengenai anuscopy yang dijalani oleh Marc yang mengatakan bahwa anus Marc baik-baik saja. Tidak ada kerusakan atau luka yang menyebabkan trauma pada si anak.
Seharian saya tuntaskan membaca seluruh artikel mengenai kasus ini. Tentu dengan iringan airmata pula. Terkadang saya sambil mikir, bisakah calon sarjana hukum seperti saya ini menolong dan menegakkan keadilan padahal saya cengeng seperti ini. Karena sebelum akhirnya saya tau kebusukan dari kasus ini, saya pernah menonton sebuah film yang menceritakan kurang lebih sama seperti kasus ini. Bedanya di film diceritakan bahwa yang dituduhkan sebagai pelaku adalah seseorang yang memiliki keterbelakangan mental. Judulnya 'Miracle In Cell Number 7' (bagi yang penasaran akan film ini silahkan cari sendiri ya. Saya kebetulan ga punya link nya). Makanya begitu tau ada kasus yang sama persis seperti ini, saya sedih. Mereka ga punya uang untuk menyediakan advokasi bagi dirinya sendiri. Karena para penasehat hukum yang disediakan negara tidak menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya (hanya formalitas saja). Jujur saya malu. Membiarkan hal ini mengalir begitu saja pun kita berdosa. Mereka hanya minta kita melakukan sedikit saja perbuatan untuk menolong mereka terbebas dari pelanggaran hak asasi manusia yang mereka alami. Untuk itu, saya ajak semua yang berkenan membaca dan meluangkan sedikit saja waktunya untuk mau menandatangani petisi yang dibuat khusus agar pemerintah mau mengusut tuntas kasus ini sampai selesai. Agar setidaknya mereka yang saat ini sedang menjalani masa tahanannya, menerima kembali hak kebebasan mereka seperti manusia pada umumnya. Seperti kehidupan mereka sebelum kasus ini merenggut hak asasi manusia mereka.
Tolong tandatangani petisi ini. Satu tanda tanganmu sangat berguna bagi mereka
https://www.change.org/p/usut-tuntas-kriminalisasi-kasus-jis-jakarta-internasional-school?recruiter=34332042&utm_campaign=signature_receipt_twitter_dialog&utm_medium=twitter&utm_source=share_petition

"You never know how strong you are, until being strong is your only choice" - Bob Marley
#justice4innocent

Ps: jika anda ingin memberikan bantuan lebih lanjut untuk kasus ini, silahkan kunjungi justice4innocent.id
Semoga hukum di negara kita semakin bisa ditegakkan.

Thursday, April 14, 2016

Aku Jatuh Cinta

Hatiku bilang, celah untuk memaafkanmu masih ada
Aku yang seharusnya memaklumi, untuk menyambutku kau butuh waktu
Siapkah kau mengutuhkanku?
Siapkah kau memandangku tanpa cermin masa laluku?

Dengan mantap kau jawab iya. Walau kala itu aku meragu.
Tapi keteguhanmu perlahan mengikis segala gundah
Caramu memandangku, caramu memperlakukanku
Aku jatuh cinta.

Kartu perjudian hidupku telah habis kupertaruhkan
Rasa percaya setengah mati kupupuk ulang
Benciku perlahan kukikis
Jadi, jangan hancurkan lagi kandi cinta ini.

Tuesday, April 12, 2016

(Tanpa Judul)

Jika segelintir orang berkata bahwa Dia adalah tumpuanku untuk mendapatkan suaka,
Yang lalu kubenamkan segala yang sakit disetiap jengkal hatiku di hatinya
Mereka salah, tapi ada benarnya juga
Dia memang harapan terakhirku

Manusia yang memandangku utuh
Yang mengkonstruksi ulang sehabis ledakan dihatiku hanya dengan senyumnya
Pegangan tangannya kokoh menggenggam
Tanpa ragu meski beribu tusukan bertalu menyerangnya

Ia rela terhunus oleh kata-katanya sendiri untuk tetap mencintaiku sebagaimana adanya aku
Ia rela meringis memandangi airmataku menetesi tiap jengkal luka dihatinya
Tetapi setelah pengakuan menancap tajam dimemorinya
Ia tetap menyediakan pelukan hangat untuk menenangkanku

Aku harus jujur, engkau pernah kujadikan pilihan akhir dibalik keputusasaan diriku
Terkungkung pada rasa bersalah di masa lalu itu begitu menyiksa
Selalu menganggap bahwa aku sudah tak pantas lagi diperjuangkan
Adalah hal yang terpatri mantap disudut logikaku

Aku belum teryakini sepenuhnya, aku harus jujur akan hal itu
Tetapi apa yang terjadi sekarang, aku meyakininya sebagai proses
Waktu kelak akan menjadi bukti,
Apa kata-katamu nyata atau hanya sebagai obat penghilang rasa sakit sementara


Friday, April 8, 2016

Sahabatku, Karma Tak Kemana-mana

Ada rasa marah dan emosi yang teraduk-aduk ketika mengetahui kejadian demi kejadian apa yang ia alami. Aku tak perlu menyebutkan namanya. Yang pasti ia sahabatku. Selama ini hanya seutas senyum dan tawa bergulir dari bibirnya tiap saban sore kuhubungi dirinya yang kini sudah jauh dari pendar penglihatanku. Selayaknya seorang istri yang patuh pada suami, sahabatku pergi mengikut suaminya. Keponakanku? Ahh, kelak dia akan tau tantenya ini sangat sayang padanya.
Semakin lama semakin palsu kudengar tawanya. Ada nada letih bergulir setiap kutanya kabarnya yang selalu ia jawab 'baik-baik saja'. Ada kekhawatiran di hati namun enggan bertanya karena ketakutanku lebih besar dibanding khawatirku. Seandainya memang ia punya masalah, bisakah aku membantunya?
Setiap sehabis saling bertukar kabar via suara, selalu ada genangan airmata menumpuk di pulupuk mata. Antara rindu atau feeling tak menentu mengenai bagaimana sebenarnya kabarnya disana. setiap perlahan kudesak, akhirnya pada suatu malam ia mengaku padaku. Pengakuan yang sontak menaikkan pitamku. Antara emosi dan pasrah karena tak dapat melakukan apapun selain menangis. Aku tak kuat membayangkan jika aku lah yang ada diposisinya sekarang. Tak kuhiraukan lagi aku sedang dimana, dan berapa orang yang ku buat cemas karena melihatku berbagi kabar via suara seraya menangis. Hanya itu yang mampu kubuat. Selebihnya merajut doa dalam diamku, berharap si EmpuNYA hidup sudi menoleh sedikit saja pada sahabatku.
Tetapi sayang, Tuhan tak membiarkanmu menjalani semuanya sendiri. Sementara si pemeran utama masalahmu ini bebas berkeliaran. Entah diliputi rasa bersalah ataupun tidak, saat itu kita belum tau. Tak lama semenjak kejadian pengakuanmu itu, Tuhan menjamah doa kita. Dia yang mungkin sudah terlalu pesimis tuk kamu harapkan, hadir kembali. Hadir dengan sejuta sesal akan sumpah serapah yang pernah dengan dendamnya kamu lontarkan padanya. Hadir dengan kenyataan bahwa sepanjang sepeninggal dirimu, ia menyesal bukan kepalang. Ada sebendung keinginan sujud dikakimu menjuntai berpuluhribu maaf. Tapi aku tau kamu sayang, seberapa banyakpun sumpah serapahmu itu, jauh dalam lubuk hatimu masih ada cinta paling tulus kau sisakan untuknya kelak jika ia hadir kembali. Ya, kini ia hadir kembali.
Nah, mengenai yang sekarang telah menjadi pasangan hidupmu, yang tega menyiksamu. Oh, bukan hanya dirinya melainkan seluruh keluarga besarnya turut melukai dirimu dan keponakanku, silahkan tanya Tuhan sayang. Sebaik-baiknya tindakan apa yang harus engkau lakukan. Melangkahlah dengan terlebih dahulu bertanya pada Tuhan. Jangan ulangi gegabah yang sama. Aku, selalu ada dan turut menyemangatimu apapun keputusanmu. Segala yang membuatmu bahagia, turut menjadi kebahagiaanku juga.
Tidak pernah ada yang kebetulan dalam hidup ini, sayang. Semua telah digariskan seturut kehendak sang skenario kehidupan. Pahamilah segala sesuatunya sebagai pilihan. Melangkahlah sesuai pertimbangan. Ia dihadirkan Tuhan kembali ke hidupmu bukanlah juga sebuah kebetulan. Tuhan ijinkan bertahun tahun ia menikmati karma nya terlebih dahulu sebelum akhirnya dia dihadapkan kembali pada kenyataan bahwa anaknya sudah tumbuh besar, sementara beribu maaf rasanya tak cukup mengganti momen dimana seharusnya ia menyaksikan tumbuh kembang anaknya, mencurahkan kasih sayangnya sebagai seorang bapak yang utuh. Sebagai seorang suami yang bertanggungjawab.
Kelak ia akan berterimakasih pada sang Karma, pada lontaran sumpah serapahmu, karena berkat itu semua akhirnya ia merasakan cambukan pembalasan. Bukan dari tanganmu, sayang. Tapi dari tangan Sang Takdir.

Berbahagialah selalu, sayang. Doaku selalu mengiringi setiap langkah yang kau pilih.
Tuhan Yesus menyertaimu dan keponakanku. ❤

-aisp

Monday, March 21, 2016

Mencintaimu Tak Semudah Memujamu

Asamu tak sekuat kau melahapku dulu
Menceburkan ku sampai tak mampu bernafas pada lautan cintamu
Senyummu sanggup buat segala bentuk kekacauan berubah indah
Aku laksana surga bagi pengelana gurun seperti dirimu

Pada ujung nyanyian ini inginku mempertemukan
Segala rindu dan keluhan kalbuku
Rasa sesak ingin menumpahkan segala kesahku
Mencintaimu tak semudah memujamu

Walaupun sua tak kunjung kita usahakan,
Karena bodohnya kita lebih percaya pada kekuatan alam,
Tanpa berjuang berdua menyatukan harap
Tanpa ingin akan hidup berdua menjadi satu

Mencintaimu tak semudah memujamu
Tetapi hidup tanpamu serupa neraka bagiku
Jadi aku ingin satu hal tetap kau tau
Aku rela berada dineraka asalkan bersamamu.

Monday, March 14, 2016

Kau

Kau
Namamu sudah kupatri abadi dalam hati
Segala lara sudi kubagi
Macam bahagia turut kau nikmati
Engkaulah alasan terbesar hidupku
Engkaulah tarikan nafas tubuhku
Engkaulah larik terindah dalam kutipan doaku
Namun aku hanya hantu dalam hatimu
Aku ada padamu sekedar nama
Nyawaku tak pernah benar-benar berarti
Jiwaku bahkan enggan kau rengkuh
Aku berlalu begitu seluruh
Kau adalah sumur dendam terdalam hatiku
Kau pisau tertajam menusuk laraku
Segala iman kupertaruhkan untukmu
Aku rela lemah dalam pengabdianku
Penantianku kini berubah surut
Aku tak lagi laksana ombak yang beriak menanti hadirmu
Aku lesu pada sisa keping cintaku
Kau lah alasan terbesar kelemahanku.

Thursday, March 3, 2016

Derita Perempuan di Ujung Asa

Aku kacau sepanjang penghabisan perjalanan ini.
Aku bagai makhluk tak berpenghuni jiwa.
Maukah sekelak bersandar pada sakitku?
Supaya bisa sedikit saja kau tau macam apa rasanya?

Aku hendak bertekuk lutut pada setiap inchi sunyi yang menyergap
Badanku remuk ketika perlahan hendak merangkak.
Bahkan untuk menyematkan jejak pada tiap tapak kakipun,
Aku tak bisa

Pada setiap jengkal tubuhku ini sudah jadi milikmu
Sudah kau materaikan pada setiap sentuhanmu
Lantas mengapa masih ada tanya pada ujung ucapmu?
Aku kacau karena itu.

Penyerahanku tak pernah berujung untukmu
Pada setiap sunyi rela kutaruhkan demi untukmu
Bolehkah aku menyerah saja?
Aku tak tau hendak bersujud macam apa lagi.

Sunday, February 28, 2016

Pengecut

Kalaulah boleh aku memilih, aku ingin memutar waktu sedikit kebelakang. Betapa bodohnya dulu kutanggapi omongan orangtuamu yang membuat aku berhutang ucap semakin banyak. Betapa semakin hari semakin aku tertekan karena jawabanku sendiri.

Kalaulah tau kau sebajingan ini, takkan mau kuturuti impi orangtuamu. Kalaulah mereka tau betapa aku ingin lepas, pasti mereka takkan memaksa. Sayangnya aku terlalu mencintai orangtuamu. Betapa ketika kita sudahi ini semua, akan banyak hati yang kecewa

Berapa lama lagi kan kita mainkan drama ini? Berapa banyak skenario lagi yang harus aku lakoni? Berpura-pura mencintai itu sakit. Memainkan peran sebagai calon menantu yang baik itu sulit. Tak pernah mau taukah kau bahwa aku tertekan?

Pagi ini ada satu lagi bukti kepengecutanmu. Setelah malam tadi segala makian saling terlontar, setelahnya kau datangkan kedua orangtuamu kerumah. Membujukku. Menyampaikan permintaan maafmu. Memintaku untuk kembali.

Ketahuilah kawan, bukannya aku luluh, aku semakin jijik padamu. Bayangkan jika aku tetap nekat melepas lajang denganmu, berapa banyak pihak yang kau libatkan dalam setiap pertengkaran? Harus berapa banyak orang kau biarkan tau tentang urusan rumahtanggamu sendiri?

Sungguh, kebiadabanmu itu tak termaafkan. Aku yang kau pandang hina ini ingin kau hinakan lagi? Kau anggap aku serupa seperti perempuan pemuas dosamu? Oh, kawan. Aku bukan sebodoh yang kau kira. Aku takkan sudi sampai kapanpun

Jika kau anggap aku pendosa, jangan cobai aku dengan menenggelamkan dirimu ikut berdosa bersamaku, seolah-olah aku lah induk dari segala kebiadaban.

Jangan.

Saturday, February 27, 2016

Surat dari Siti Nurbaya Modern Macam Aku

Melihat judul diatas pun aku sudah jengah. Aku tau kau pun pasti begitu. Berpuluh-puluh kali sudah kita berdebat. Mempeributkan hal yang itu-itu saja. Berpuluh-puluh kali itu pula aku hendak beranjak, segitu kali jugalah kau bergegas menahan.

Tidak adakah penat dihatimu? Sekali waktu emosi memenuhi kepalamu, lalu kau sentil aku. Kau ungkit masa lalu burukku. Kau buka luka lamaku. Kau buat aku makin benci pada kaummu. Kau buat aku makin jatuh, makin dalam.

Ya, kau sudah tau itu. Lalu mengapa memintaku bertahan? Lalu mengapa selalu merengek tiap kuutarakan niatku ingin pergi? Sementara setiap kata-katamu selalu tepat menohok jantungku, yang lalu kau tutupi dengan berlutut meminta ribuan maaf?

Asyik kah kau rasa bisa membuat aku menitikkan airmata? Oh, jangan kira aku menangisimu. Mencintaimu saja pun aku belum. Aku menangisi diriku. Mengapa sebegitu harusnya aku hidup dengan kaummu kelak. Sementara akar pahitku masih menancap mantap didasar hatiku?

Kali ini aku benar-benar sudah jengah. Segampang kau bilang cinta, segampang itu pula kau kan terus mengingat. Hey, bahkan aku tak pernah meminta kau hadir. Aku bahkan jujur supaya kau menjauh. Ingat, sudah berapa kali kubukakan pintu hatiku agar kau segera keluar? Sadarlah. Kau yang minta menetap.

Aku bahkan sudah menawarkan, ada banyak pintu hati lain yang menunggu tuk kau ketuk. Setiap saat kau boleh saja melenggang pergi meninggalkan aku. Bahkan aku sudah bersumpah kelak jika kau pergi takkan sudi kuiiringi airmata. Tapi memang kepalamu kelewat batu, yang lalu diserasikan oleh mulut setajam belatimu.

Perempuan ini hanya ingin hidup. Perempuan ini akan selalu mengingat dosanya dulu tanpa perlu kau ingatkan oleh bibirmu yang lebih berdosa itu. Jangan anggap aku menganggapmu. Aku begini lebih karena menghormatimu. Aku begini lebih karena orangtuamu.

Melihat tingkahmu itu saja bisa membuat aku meratapi nasib 'Ya Semesta, apa tidak ada lelaki lebih biadab lagi untuk kau hadirkan (lagi) dalam hidupku? Mengapa pengecut semua yang datang? Mengapa sejenis lelaki modal sejuta omong yang selalu hadir? Apa cuma tinggal ini stoknya?'

Aku sudah terlalu sakit. Akan harapanku yang masih harus tertunda, akan kebodohanku dimasa lalu, akan hadirnya dirimu yang tidak begitu penting namun melelahkan hatiku. Jadi tolong, jangan tambahi tingkahmu. Kau diam dan tak bertingkah, dengan atau tanpa mengikuti alur-alur ini saja, sudah sangat membantuku.

Bayangkan jika kemudian kau semakin melunjak, jangan salahkan aku kalau pisau dapur tiba-tiba menancap tepat di atas kepalamu.



Tuesday, February 23, 2016

Tuhan Yesus Masih Ada

Sulit menjelaskan perihal yang rasanya ingin sekali untuk ditumpahkan, namun sudah terlanjur mengendap didasar hati sehingga tak tertumpahkan lagi. Ingin rasanya menangis sekuat-kuatnya, bertanya pada si empuNYA hidup, mengapa hal ini terjadi padaku yang memiliki semangat cukup tinggi?
Terlalu banyak quote yg berkata sana-sini, bahwa ciri orang maju ialah semakin banyak hambatan yang dialaminya. Entah si pembuat quote itu menulis berdasarkan kisahnya sendiri atau hanya ikut-ikutan saja, entahlah. Yang pasti diawal rasa kalut tadi, akal sehat saya tidak bisa mencerna arti quote tersebut.
Saya menangis. Wajar. Saya takut semua berbuah sia-sia. Saya terlanjur dirundung khawatir kalau-kalau saya dipaksa keadaan untuk menghentikan langkah, mengubur mimpi. Sampai saya menangis tak henti-hentinya. Luar biasa hebat ketakutan yang meliputi saya, tadi. Ya, tadi sebelum akhirnya saya sadar. Menangis bukan solusi. Sejak tadi saya mengijinkan ketakutan menggerogoti iman kepercayaan saya, sehingga saya lupa bahwa Tuhan masih ada. Namun saya terlalu asyik membiarkan diri tertampar mati-matian oleh pikiran negatif. Meratap bukanlah pilihan. Sebagai orang yang tidak bisa berbuat apa-apa, saya lalu berdoa. Saya coba untuk memusatkan pikiran kepada Bapa. Saya tau, inilah jalan keluarnya. Perlahan saya tumpahkan padaNYA lewat pejaman mata yang tetap dilukis oleh airmata, eratnya lipatan tangan dan khusyuk nya mengadu pada Allah lewat doa. Saya ingat akan sebuah puji-pujian rohani yg kalimatnya kurang lebih seperti ini 'Kita manusia hanya bisa bekerja semampunya, selebihnya biar Tuhan yang menyelesaikan'. Saya mencoba untuk mengimani setiap doa yang saya lantunkan. Saya perlahan percaya, dan berfikir tak ada gunanya kalur, menangis, meratap, atau takut. Saya lupa, atau mungkin karena saking takutnya saya tidak mendengar bisikanNYA untuk mengajak saya berdoa.
Begitu kata AMIN dipenghujung doa kuucap, hati serasa begitu tenang. Seolah segala gundahku tadi telah ditanggungNYA. Seolah ia berkata 'biar aku yang menyelesaikan'.

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya -1 Korintus 10:13

Aku tau bahwa engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMU yang gagal -Ayub 42:2

Ya, Bapa..JanjiMU YA dan AMEN.

Friday, February 12, 2016

Berdosakah Aku Bila..

Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. malam yang ga pernah bisa dimengerti sama Anggun, dimana letak kesalahannya. Beberapa bulan terakhir ini dia sudah sangat merasa jengah dengan kehidupan percintaannya. Merasa memang ada sesuatu yang harus ditanggapi serius meski sudah beberapa kali coba ia tepis. Ya, coba dia tepis karena bagaimana mungkin bisa hubungannya dengan Anggara bisa bertahan sampai 1 tahun lebih jika tidak ada sesuatu yang selama 1 tahun lebih itu juga berusaha Anggun tepis. Anggun memutar-mutar smartphonenya yang menampilkan wallpaper fotonya dengan Anggara di Kebun Raya Bogor, beberapa bulan yang lalu. Anggara tersenyum begitu bahagia dalam foto itu. Sementara Anggun, hai kamu Anggun yang ada di foto itu. Aku tau kau sedang tersenyum palsu, ujar batin Anggun saat menatap gambaran dirinya. Anggun meremas rambutnya. Ini benar-benar mengganggunya.
"Lu jahat, An" ujar Shinta pada sahabatnya itu kala Anggun usai menceritakan perihal perasaan hatinya, beberapa waktu lalu.
"Gue tau, Shin..gue jahat. Ga perlu lu bantu gue buat nyebutin itu lagi. Yang skarang gue bingung, gimana caranya gue ngomong sama dia"
"Lu kaya gini karena lu belum bisa move-on dari si Frans ya?" Selidik Shinta. Harus diakui oleh Anggun, prasangka Shinta itu memang benar adanya. Tapi ga seharusnya Shinta nanya hal yang udah jelas dia tau. Melihat Anggun hanya terdiam, Shinta membuang muka ke penjuru lain.
"Gue ga ngerti. Kenapa Frans bisa sampai bikin lu jadi kaya gini. Kurangnya Anggara apa, An?" Tanya Shinta. Mungkin itu juga yang akan menjadi pertanyaan Anggara jika sampai Anggara tau soal ini. Anggun memilih lebih banyak diam. Tak ada gunanya membela diri. Ini memang mutlak salahnya. SALAHNYA.
"Lu pernah kan, ngerasain cinta sama seseorang yang ga pernah bisa padam?" Anggun mencoba membela dirinya
"Biarpun cowok itu bajingan? Knock, Knock Anggun!! Wake up! Belum sadar juga mantan lu itu bajingan, hah?" Ujar Shinta menyela."gue jadi ga habis pikir sama lu An." Lanjutnya benar-benar tak habis pikir.
Shinta selalu mengagung-agungkan Anggara. Dewasalah (terlepas dari umur nya yang memang udah kepala 3), Matanglah (maksudnya umur), Ngayomlah, Wajahnya teduhlah, dan berbagai pandangan positif Shinta terhadap Anggara. Shinta sangat mendukung hubungan Anggun dengan Anggara. Dia yakin Anggara adalah yang terbaik untuk Anggun. Terlepas dari udah atau belumnya Anggun Move-On dari Frans, mantan kekasihnya yang tega mencampakkannya beberapa tahun yang lalu. Shinta selalu berharap Anggara bisa menjadi oase baru dalam kehidupan Anggun. Nyatanya tidak.
Malam ini, Anggara mengajak Anggun makan malam di salah satu rumah makan nusantara langganan mereka berdua. Anggara adalah pecinta kepala ikan pindang dan kebetulan hanya rumah makan inilah Anggara mendapatkan kepala ikan pindang yang gulainya pas dengan lidah. Anggara awalnya makan dengan lahap. Sampai pada satu titik matanya sekilas menatap wajah Anggun yang tidak bersemangat
"Kamu kenapa sayang?" tanya Anggara. "ada masalah ya di kantor?" lanjutnya lagi. Anggun hanya menggeleng sambil tersenyum enggan.
"Kamu udah beberapa bulan begini terus sayang. aku ada salah sama kamu ya?" tanyanya lagi. 'Nah! Disitulah letak kesalahanmu, mas! Kesalahanmu adalah kamu ga punya salah!' teriak Anggun dalam hati.
"aku ga kenapa-kenapa mas. kamu lanjut makan aja. aku cuma kurang enak badan dikit" jawab Anggun berkilah. Anggara cepat menyelesaikan makannya supaya cepat mengantarkan bidadarinya, Anggun untuk pulang ke rumahnya. Sepanjang perjalanan di mobil pun didominasi oleh keheningan. Anggun lebih nyaman membuang pandangannya ke arah jendela di sisi kirinya. Anggara merasa serba salah.
Setiap setelah berjumpa dengan Anggara, Anggun pasti menangis. semakin lama ia pertahankan hubungan ini, semakin menumpuk rasa bersalahnya. Semakin rasanya ia ingin berlari saja. Begitu banyak dosa yang ia pupuk karena setiap hari, ada satu luka yang ia toreh pada hati Anggara, tanpa Anggara tau itu.
Sampai pada suatu malam di penghujung bulan Maret, Anggara mengajak Anggun untuk Candle Light Dinner di sebuat restoran elit di bilangan hotel di Jakarta Pusat. Anggun mengenakan terusan pemberian Anggara beberapa bulan yang lalu. Terusan berkerah sabrina berwarna hitam polos tanpa aksen lebay sedikitpun pada setiap detailnya 'Frans tidak pernah suka melihat aku mengenakan pakaian terbuka seperti ini. Frans lebih suka lihat aku pakai kaos dan jeans saja' pikir Anggun dalam hati membandingkan. Anggun benar-benar belum lepas dari bayang-bayang Frans.
"Sudah siap nona cantik?" Tanya Anggara dengan stelan tuksedo dan sepatu pantofel mengkilap. Anggun sampai mengangkat alis melihat gaya Anggara malam ini. Harus Anggun akui, Anggara terlalu berlebihan dalam men-treat dirinya. Ya, pada dasarnya wanita suka di-treat like a queen. Tapi bagi Anggun ini adalah hal yang berlebihan. 'Bahkan hanya untuk makan malam biasa saja, sudah berdandan seperti mau menghadiri undangan nikahan anak pejabat negara saja.WOW' umpat Anggun dalam hati.
"Mas, kita kenapa harus lebay gini sih mau makan malam biasa aja" ujar Anggun akhirnya saat mereka sedang diperjalanan
"Whoa..bener dugaan aku. kamu benar-benar lupa kalau hari ini ulangtahun aku. kamu kayanya benar-benar sibuk dikantor akhir-akhir ini ya sayang?" katanya sambil mengelus pelan kepala Anggun. Anggun melongo. Yaampun, segini tidak cintanyakah aku padamu, mas? Sampai aku lupa kalau hari ini adalah harimu?, ujar Anggun dalam hati. Anggun menatap wajah Anggara. Wajah itu tak sama sekali menunjukkan kemarahan. Malah wajah nya yang teduh itu senantiasa menaungi penampilannya. Oh, Tuhan. Mas, apa yang salah padamu? Mengapa aku tak bisa mencintaimu? Apa karena kau terlalu sempurna untukku mas?, jerit Anggun dalam hati.
"Maaf mas" ujar Anggun lirih, menangis. Sesungguhnya aku meminta maaf karena ketidakbisaanku untuk mencintaimu mas, tambahnya dalam hati
"Tidak apa-apa sayang. aku ngerti" ujarnya sambil tersenyum.
Lihat. Itulah salahmu mas! Marahlah padaku! Supaya ada alasanku untuk meninggalkanmu! Kali ini salahku sungguh fatal! Marahlah Anggara Utomo! Marah!!, jerit Anggun dalam hati mengiringi semakin derasnya airmata yang keluar membasahi pipinya
"Hei, sudah jangan menangis. luntur nanti make-up nya, sayang" ujar Anggara mencoba menyeimbangkan penglihatan antara menyetir dan menyeka airmata Anggun. Bagaimana mungkin aku tak menangis, mas. Lelaki sebaik dirimu tak mampu untuk kubalas cintanya. Aku hanya bagai perempuan pendosa yang sedang menjalin cinta dengan salah satu malaikat kebanggaan Tuhan. Tak mampu kuseimbangkan cintaku untukmu, isak Anggun dalam hati. Anggun mencoba unyuk menstabilkan emosinya. Mencoba untuk menyeka airmatanya.
"Kita udah sampai, sayang. Kita turun yuk" Ajaknya padaku. Ia sigap turun untuk membukakan pintu untukku. Anggun merasa dadanya sesak. Rasanya airmatanya ingin tumpah lagi. Tetapi sebisa mungkin Anggun menahan sampai nanti tiba dirumah.
Anggara ternyata sudah melakukan reservasi. Malam ini benar-benar ingin ia habiskan dengan Permainsurinya, Anggun. Wanita yang sudah 1 tahun lebih menemani hidupnya.
"Selamat Ulang Tahun ya mas. Semoga semesta tetap selalu melimpahkan mas dengan kebahagiaan" Ujar Anggun. Ragu-ragu ia perlahan menggapai tangan Anggara. Anggara menyambut hangat tangan Anggun dan menggengamnya lembut.
"Dan semoga kebahagiaan itu ialah Kamu, sayang." Tambah Anggara mantap. Saat mengatakan hal itu, Anggara lekat menatap mata Anggun. Seperti mentransfer getaran cintanya pada Anggun. Anggun refleks melepaskan genggaman Anggara dan membuang pandangannya ke arah lain, berusaha mencari topik lain. Untunglah tak berapa lama, makanan datang. Anggun mencoba untuk mencairkan suasana.
"Mas.." panggilnya
"Iya, sayang" sahut Anggara
"Kamu dengar ini deh. Bagus ga" katanya sambil meraih ponsel di dalam tasnya. mengutak atik layarnya sebentar lalu menyerahkannya pada Anggara. Anggara menerima ponsel itu lalu sedikit mendekatkannya ke telinga. Terdengar lantunan lagu lawas Westlife, My Love yang dinyanyikan oleh Anggun. Anggara terpelongo, menghentikan kunyahannya beberapa saat.
"Ini kamu yang nyanyi, sayang?" tanyanya akhirnya. Anggun mengangguk berusaha menunjukkan kebanggaannya.
"Astaga bagus banget sayang" Pujinya takjub. Ia berbisik, seperti enggan melewatkan sebaitpun dari lagu yang sedang. Anggun lantunkan di aplikasi Soundcloud tersebut.
Begitu lagu usai, ia balik mengutak-atik ponsel Anggun. Sekali lagi ia takjub melihat begitu banyak lagu yang Anggun coba cover di media Soundcloudnya.
"Astaga sayang, aku baru sadar kalau pacarku sendiri suaranya emas banget" pujinya lagi
"kamu lebay, mas" kilah Anggun terkekeh. Anggara lanjut mendengarkan lagu Broery Pesolima feat Dewi Yul - Jangan Ada Dusta Diantara Kita yang Anggun cover.
"bodohnya aku ya, sayang.. satu tahun lebih aku baru sadar kamu punya bakat nyanyi dan main gitar. kemana aja aku selama ini ya sayang? bodoh banget" ujar Anggara lagi sambil geleng-geleng kepala lesu. Anggun menatap wajah Anggara yang masih asyik masyuk mendengarkan lagu yang ia cover. Mas, akulah yang lebih bodoh. Jika aku mencintaimu dari awal kita berjumpa, pasti sudah dari awal pula kujadikan bakatku ini untuk merebut hatimu. Sama seperti yang kulakukan saat pertama kali aku mengambil hati Frans dan akhirnya ia jatuh cinta padaku, ujar Anggun lagi kali ini dalam hati.
"Kamu kok baru kasihtau aku sekarang sih, sayang? ini aku lihat postingannya udah lama-lama semua?" tanya Anggara tiba-tiba membuyarkan lamunannya.
Sengaja, mas. Aku sengaja. Supaya kamu tidak semakin dalam mencintai aku. Dan mungkin pun sekarang aku jadi merasa bersalah karena aku sudah memperdengarkan talentaku ini padamu, jawab Anggun dalam hati
"Sayang? Kok melamun?" Tanya Anggara lagi.
"Aku pikir ga terlalu bagus untuk kamu dengar, mas. makanya aku ga bilang ke kamu. cuma sekedar pengen aja itu mas" Jawabku berdalih
"Aku jadi tambah cinta sama kamu, sayang" ujar Anggara. "Aku semakin beruntung rasanya memiliki kamu" tambah Anggara, tulus.
Benarkan? Jika ku tau akhirnya begini, sampai kapanpun tak akan pernah aku memberitahukan hal ini padanya. Ini hanya akan membuat dosaku semakin banyak. Bodohnya kau, Anggun, umpat Anggun dalam hati. Rasanya Anggun ini menepuk jidat saat itu juga. Tetapi Anggun hanya memilih untuk tersenyum janggal.
Sambil melanjutkan makannya, Anggara berujar pada Anggun "Sayang, aku boleh request ga?" pintanya. Anggara memang jarang meminta sesuatu pada Anggun. Nyaris tak pernah, mungkin.
"request lagu apa, mas?" tanya Anggun sambil menyuapkan sesendok daging ayam yang dipotong dadu, dibakar dan dilumuri saus madu.
"Aku lagi suka sama lagu Naif yang judulnya Nyali" jawab Anggara bersemangat
"Hmm..nanti aku cari lirik sama Chord gitarnya ya mas. Sekalian aku pelajari dulu lagunya soalnya aku ga tau lagunya" sahut Anggun sambil menambahkan senyum.
"Makasih ya sayang..Anggap aja itu aku minta kado ulangtahun ke kamu, ya" Jawab Anggara sambil tertawa renyah. Anggun terpaksa ikut tertawa.
Malam ini sekembalinya ia dari makan malam dengan Anggara, ia kembali menangis. Menumpahkan segala yang membuat hatinya sesak sepanjang dirinya tadi bersama Anggara.
Pada suatu sore yang tenang, disaat hujan gerimis pun ikut menghiasi wajah sore itu, Anggun teringat pada permintaan Anggara. Ia lalu ia berinisiatif untuk mencari lagu itu di Media Youtube. Anggun ingin mempelajari lagu yang di-request oleh Anggara. Inti yang Anggun dapat dari lagu yang dinyanyikan oleh Band Naif itu adalah nyali untuk mengucapkan janji sehidup semati pada kekasihnya. Boleh juga lagunya, pikir Anggun jahil. Saat ia hendak mencari Chord gitar lagu tersebut di tab lain, matanya tertumbuk pada satu judul lagu milik Band Naif, yakni Cinta Untuknya. Entah keinginan dari mana, Anggun meng-klik tetikus menunjuk pada judul lagu. Tak perlu menunggu lama, Video Klip lagu itu pun muncul. Tetapi Anggun lebih terfokus pada liriknya. Awalnya ia mengira ini lagu cinta. Anggun salah. Tak terasa airmatanya jatuh. Mengapa lagu itu sebegini kompleksnya menyerang hati Anggun.Lagu ini sangat menohok perasaannya. Ini persis seperti kisah cintanya. Lagu ini seperti membuka pikirannya. Anggun lalu cepat meraih ponselnya. Mendengar lagu itu semakin meyakinkan Anggun, ada cara terbaik untuk mengakhiri semua ini.

Mas, aku ga bisa mainkan Chord lagu Nyali
Aku nyanyikan lagu Naif yg lain saja ya

Ketiknya untuk Anggara. Tak terlalu banyak berharap balasan karena ia tau, jam segini adalah jam nya Anggara sibuk dengan pekerjaannya. Yang sekarang ia lakukan adalah mencari Chord lagu Naif - Cinta Untuknya, dan mempelajarinya dengan baik. Setiap kali ia ingin mencoba menyanyikan lagu itu secara lengkap, Anggun terisak. Rasanya tak mampu menyakiti hati Anggara melalui lagu ini. Tentu Anggara akan menjadi sangat sensitif terhadap lagu ini kelak. Atau mungkin Dendam terhadap lagu ini karena Anggun menjadikannya tameng untuk mengakhiri semuanya. Rencananya, di penghujung lagu itu direkam, Anggun ingin membacakan puisi untuk Anggara. Mungkin tujuannya supaya Anggara semakin mengerti keinginan hatinya. Sekitar pukul sembilan malam, rekaman itu telah ia bagikan ke media Soundcloud. Pertanyaannya sekarang, apakah ia siap untuk membagikan tautannya pada Anggara atau tidak. Sesaat sebelum ia mengirimkan tautannya, Anggun memanjatkan doa lirih, 'Tuhan, ampunilah dosaku' katanya lalu mengeklik send. Tak lupa dibagian akhir pesan ia mengucapkan 'Selamat Ulang Tahun, mas'.
Awalnya Anggun tak menyangka itu akan menjadi pesan terakhirnya untuk Anggara. Awalnya ia mengira bahwa setelah mendengar rekaman itu, Anggara akan buru-buru menemuinya, minta penjelasan dan berusaha menahan Anggun agar tidak pergi. Tetapi sepertinya Anggun salah. Lelaki yang begitu pengertian itu pun begitu baik untuk tetap mau mengerti, mengapa Anggun akhirnya memilih jalan ini. Betapa selama ini ia tidak menyadari bahwa tak pernah ada cinta dari Anggun untuknya. Betapa selama ini dia selalu membutakan mata dan hatinya untuk selalu menganggap bahwa Anggun begitu mencintainya, sebagaimana ia mencintai Anggun. Anggara menghargai keputusan Anggun. Lewat rekaman Soundcloud itu, Anggun menyadarkan Anggara. semua menjadi jelas. Anggun menyelesaikan rasa bersalahnya, sementara Anggara mengerti bahwa ada cinta yang tak bisa dipaksa lagi.

Cinta Untuknya - Naif (Cover by Anggun Anindia)
Setelah sekian lama, kita hidup bersama
Menjadi sebuah kisah yang hampa
Bagaimana jadinya, andai semua ku buka
Berdosakah aku bila, ternyata
Ku tak pernah bisa cinta padanya

Andai ku bisa mencari cinta
Untuk ku persembahkan padanya
Kan ku berikan semua yang ada
Dimanakah kan kucari cinta
Yang seharusnya menjadi miliknya
Berdosalah aku bila, ku tak pernah punya cinta untuknya

Puisi dibagian akhir yang dibacakan Anggun diiringi petikan gitarnya (diiringi tangis pula)

Radarku menemukanmu di kala pagi buta
Menuliskan sesuatu yang kuanggap pantas untu menyapamu
Sejak pagi itu juga aku teringat akan kenangan kita
Teringat akan sejuta keindahan yang kau berikan padaku
Saat itu juga aku menyadari,
Bahwa dari setiap keindahan yang kau tabur untukku,
Aku tak pernah ada disitu
Aku tak pernah bisa merasakan kebahagiaan itu

Mataku buta, pun hatiku begitu
Aku tak mampu berbalas cinta denganmu
Apa yang kau beri kepadaku terlalu berat untuk ku pangku
Semakin dalam kau mencintaiku
Semakin dalam aku menyakitimu
Semakin lama kubiarkan ini
Semakin berdosalah diriku

Maafkan aku yang terlalu pengecut
Hatiku berteriak ingin berontak
Tetapi bibirku kelu memandang matamu dinaungi cinta untukku
Maafkan hati tak tersentuh ini
Entah karena beku masih mewarnai,
Atau karena aku terlalu tidak pantas untukmu
Semoga yang terbaik untukmu
Maafkan aku.

Selamat Ulang Tahun, Anggara


-aisp


Wednesday, January 6, 2016

Masak

Gua paling anti sama judul yang diatas. Sumpah. Gatau kenapa. Gua emang ga doyan. Gua kalo dirumah, kaga pernah disuruh masak. Nyak-Babe emang udah paham banget kalo gua paling ga bisa diandelin soal masak. Daripada masak, mending lu nyuruh gua bersihin kandang babi nya mak uda gua dah.
Jujur, kalo soal bersih-bersih, gua jagonya. Gua paling ga demen sama yang jorok. Orang rumah juga udah pada paham, kalo gua lagi bersih-bersih, jangan ada yang berani-berani ngotorin lagi. Jangankan adek gua, bapak gua aja langsung gua cerewetin.
Makanya kalo soal urusan masak memasak, itu urusan nyak-babe. Sumpah, gua emang paling ga betah banget nongkrong di dapur. Pernah sekali, nyak ngebet banget ngajarin gua masak. Rencananya dia mau ngajarin gua gimana caranya masak ikan Arsik. Bagi lu yang gatau, Arsik itu makanan khas nya orang batak. Ikan Mas dibelah badannya, jangan sampe putus, trus dibumbui gitu dan diungkep sampe airnya kering. Bayangin. Gua disuruh nungguin ampe airnya kering. Gua tinggalin aja. Gua tidur.
Pencapaian gua terbesar dalam hal masak-memasak adalah pas gua nginep dirumah abang sepupu gua. Kebetulan dirumahnya itu ada pacar (yang skarang udah jadi bininya), dan kawan-kawan satu kampusnya abang. Baru sehari gua nginep, paginya gua dibangunin secara paksa. Disuruh belanja ke pasar sama abang gua. Nah loh. Gua nanya dong, ke pasar mau ngapain? Eh malah dia sewot jawab bilang mau berenang. Berbusa muncung menjelaskan kalo gua ga bisa masak. Tetiba abang bilang, "ga becus kau masak, lebih ga becus lagi kakak iparmu itu" katanya setengah berbisik sambil menunjuk pacarnya (yang saat itu belum resmi jadi istrinya). Jadilah, setelah beribu kali abang meyakinkan, maka meluncurlah gua dan kakak ipar gua ke pasar.
Tadi sebelum abang ngasih uang belanja dia bilang, "dek, abang kepengen makan semur ayam kentang sama goreng pisang. Bikin itu aja nanti ya dek". Jadilah di pasar kami berburu ayam, kecap, kencur, kentang, lada, bawang putih, bawang merah, tomat, pisang kepok, tepung bumbu goreng pisang, gula (FYI, gua tau semua tuh bahan dari Google). Setelah selesai, kami pulang.
Mulailah pertempuran di dapur. Lagi-lagi dengan bantuan mbah Google, gua mulai bereksperimen. Skalian membuktikan ntar ke Enyak, kalo gua ga jantan-jantan amat. Kalo gua setidaknya pernah membetahkan diri di dapur.
Ngomong-ngomong soal tadi yang abang bilang bahwa kakak ipar gua lebih ga becus dalam hal masak ternyata benar adanya. Gua nyuruh dia nih buat motong bawang, bagi dia kaya gua nyuruh buat motong urat nadi orang. Gua nyuruh dia buat panasin minyak, pas minyaknya muncrat eh dia triak-triak sambil kabur. Bener. Masih gua yang lebih becus.
Setelah sekitar 1 jam berada di dapur, akhirnya Semur Ayam Kentang dan Pisang Goreng ala Chef Anastasya sudah siap. Gua sengaja makan belakangan. Gua pengen lihat ekspresi orang-orang yang makan masakan gua. Abang, kakak dan kawan-kawannya abang. Gua menanti dengan deg-degan. Ehh,, abang malah nambah sambil ngomong dengan mulut masih terisi penuh makanan "Enak kali dek". Syukurlah. Puji Tuhan. Setelah mendengar itu baru gua bisa makan.
Semenjak itu, gua jadi orang yang sok. Sampe pas enyak dari Medan nelfon, dengan bangganya gua critain kehebatan gua. Asli enyak ga percaya. Malah adek gua dibelakang telfon denger gua ngomong begitu langsung ngakak ga berhenti. Gua langsung kasih tuh telpon ke abang gua. Abang langsung crita kalau emang gua masak. Dan enak. Eh malah enyak bilang abang udah gua sogok 10ribu buat ngomong begitu ke dia. Sial. Kadang gua bingung, ini enyak gua sebenernya pengen gua bisa masak apa enggak? Bukannya dipuji ya gua malah diketawain.
Pas gua udah di Medan ini, gua sama sahabat gua, Lenny, pengen nyoba bikin Blue Velvet (yang menurut resepnya sih sederhana karena cuma dikukus dalam magic com gitu). Saking semangatnya kita, kita belanja ke toko bahan kue pas tuh toko baru aja buka. Jadi kita pelanggan pertama. Asli, untuk bahan-bahannya aja, kita habis 200ribu-an. Trus saking semangatnya lagi, kita bahkan declaire ke temen-temen lain kalo kita lagi persiapan masak kue enak. Soalnya kita udah PD aja kalo ini bakalan enak. Karena pas sorenya kita ada urusan apa gitu gua lupa, akhirnya kalian tau kami masak kuenya jam berapa? Jam 3 subuh.
Kita berdua bereksperimen di dapur. Sampe akhirnya adonan super alot dan bewarna menjurus hitam karena kita kebanyakan tuang pewarna ungu itu jadi, kita masukinlah adonan tak bersalah itu kedalam magic com tanpa mengoles terlebih dahulu tepi loyangnya dengan margarin. Begitu dia masuk magic com, bodohnya lagi, kami tertidur.
Udah tau lah ya apa yang terjadi. Gua ga perlu kasih tau lagi. Tanpa rasa bersalah ya kita buang aja tuh. Lebih begonya lagi pas temen-temen pada nanyain "mana bolunya? Bagilah? Katanya kalian buat bolu?". Kita cuma diem bego gatau mau jawab apa.
Setelah kejadian itu beberapa bulan kemudian, dia ngajak gua buat bikin kue nastar. Momennya sih emang pas. Skill nya ini yang ga pernah pas. Dalam hati gua ngedumel, ini anak kok ga ada kapoknya. Mana muka nya semangat 45 banget. Sumpah, gua cuma kasihan sama uangnya dia yang bakal mubazir gitu aja. Sebelum dia mulai ngajak gua ke toko bahan kue, gua langsung kabur pulang ke rumah.
Segitu parahnya kejadian itu sampe akhirnya gua punya gebetan. Gebetan gua ini dulunya adalah mantan pacar gua pas SMA. Ya jadi ceritanya kita CLBK. Gua udah sempet kenal sama orangtuanya. Apalagi enyak nya ya allah, jago banget masak. Karena emang enyaknya dosen tata boga di universitas negri di Medan. Tiap gua kerumahnya, gua selalu diajak masak ke dapur. Gebetan paham banget kalo gua emang gagal paham sama yang namanya masak. Doi ga pernah mempermalukan gua didepan keluarganya. Perlahan tapi pasti, enyak nya ga pernah lagi ngajakin gua masak didapur.
Tapi ada satu nasehat gebetan yang sampe sekarang coba buat gua wukudkan perlahan
"Belajarlah masak dari sekarang, siapa tau kau jodohku, setidaknya nanti kau bisa bahagiakan aku lewat masakanmu"

Cinta emang segitunya. Gua yang pernah mikir buat niat, jadinya niat. Lagian memang karena ada baiknya juga.

Baiklah.
Akan kucoba.