Thursday, December 31, 2015

Selamat Tinggal, 2015

Bagi segelintir orang mungkin tahun ini adalah tahun penuh kebahagiaan dalam hidup mereka. Lain hal nya untukku. Mengawali tahun 2015, aku kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupku. Apa yg selama ini kupertahankan akhirnya lepas juga.  dilanjut lagi dengan aku dihadapkan pada kenyataan bahwa aku harus mengubur sementara impianku untuk melanjutkan pendidikanku di Sekolah Hukum. Langsung. Hal itu meluluh lantakkan hatiku. Kenyataan bahwa usaha kedua orangtuaku sedang mengalami kebangkrutan besar-besaran. Dua hal yang secara bersamaan membuatku rasanya ingin bunuh diri. Berfikir keras. Apa maksud Tuhan? Apa rencanaNYA? lama aku berfikir. Lama aku termangu. Sampai suatu hari ada satu kekuatan yang menghampiri lamunku. Menendang lamun itu jauh-jauh dari kepalaku. Aku ga bisa terus begini. Melamun ga bisa bikin aku kenyang. Aku putar otak. Saat itu uang yang tersisa tinggal 20ribu. Akhirnya kuputuskan. Aku harus bekerja.
Melalui lowongan online via aplikasi twitter yakni @LowkerJogja, aku menemukan satu pekerjaan. Mereka membutuhkan tenaga Kasir di salah satu Cafe Billiard daerah Demangan dengan klasifikasi tamatan SMA dan siap bekerja pada shift subuh. Saat itu tanpa berfikir panjang, aku langsung menghubungi nomor yg tertera pada lowongan kerja. Mungkin karena mereka membutuhkan secepatnya, sore itu juga aku langsung diminta untuk interview di kantor.
Puji Tuhan, lewat tahapan negosiasi gaji dan sebagainya. Aku diterima. Dengan kesepakatan kontrak selama 6 bulan, jadilah aku seorang kasir di Cafe tersebut. Jujur menjadi seorang kasir tidaklah mudah. Tanggungjawab yang dipikul sungguh berat. Yakni pendapatan per shift. Hilang sedikit, itu menjadi tanggungjawab kasir. Belum lagi stok rokok yang terkadang minus. Juga menjadi tanggungjawab kasir. Gaji yang tak seberapa dengan tanggungjawab yang begitu besar pula. Belum lagi dengan peraturan kantor yang apabila seorang karyawan tidak masuk tanpa pemberitahuan alias Alpa, akan dipotong 3hari gaji. Artinya Rp.700.00 ÷ 30 = ±23.000 × 3 hari kerja = ±70.000/ 1x Alpa.Bulan-bulan pertama saya kerja, saya bisa dikategorikan sebagai kasir teladan. Hampir tidak pernah ijin sakit atau bahkan Alpa. Malah saya merupakan karyawan yang paling doyan ambil jatah lembur. Lumayan. Per 1x shift lembur, dibayar Rp.30.000. Jadi pernah pada suatu bulan, saya mendapatkan gaji utuh, bonus gaji, serta uang lembur yang jumlahnya mencapai 1,3juta. Menurut saya itu adalah suatu pencapaian luar biasa dalam hidup saya selama saya bisa menghasilkan uang sendiri. Sampai pernah karena sering lemburnya, bagian HRD memanggil saya khusus untuk mengingatkan bahwa saya jangan terlalu diporsir untuk kerja. Mereka takut saya sakit.
Daaann.. Voila. Katakutan mereka menjadi kenyataan. Pada suatu bulan saya mengalami sakit yang luar biasa membuat saya bahkan untuk bangun dari tempat tidur pun tak mampu. Kepala sakit begitu hebatnya. Cukup lama saya tidak bekerja. Sampai-sampai gaji yang didapat tinggal Rp.300.000. Untuk membayangkan hidup saja saya sudah tak mampu. Bagaimana bisa bertahan dengan uang segitu? Belum lagi membayar kewajiban uang kost sebesar Rp.300.000. Tapi memang Tuhan masih bekerja dalam hidup saya. Ada saja orang-orang baik yang dikirimnya untuk menolong saya.
Yang paling membuat saya terheran-heran hingga saat ini adalah keajaiban kasihnya begitu melindungi saya dari awal saya bekerja sampai saya menyelesaikan kontrak dengan perusahaan. Jam kerja yang menuntu kami karyawannya untuk pulang pada dini hari. Pada hari Minggu sampai Kamis, Shift ke-II dimulai dari jam 19.00WIB sampai pukul 03.00WIB. pada hari Jumat dan sabtu, Shift ke-II dimulai pukul 21.00WIB sampai pukul 05.00WIB. Sementara hanya aku lah karyawan yang tidak mempunyai kendaraan. Hanya masih memberdayakan kaki yang masih lengkap dan sehat. Untuk seorang perempuan, pada jam-jam rawan seperti itu, selama 6 bulan saya bekerja. Tidak pernah saya mengalami kejadian yang mungkin bisa membahayakan dan mematikan untuk saya. Puji Tuhan. Baru akhir-akhir inilah saya mengingat kembali. Betapa Tuhan tidak pernah melepaskan pandangannya dari aku. Betapa Tuhan selalu menjauhkanku dari orang-orang yang berniat jahat padaku. Kalau dengan pikiran manusia, bisa saja saat aku pulang jam-jam segitu, dihadang, lalu dirampok, dibunuh atau apapun itu hal-hal buruk. Tapi Tuhan tidak pernah membiarkanku. Ia senantiasa tetap menjagai aku. Diaitulah benar-benar aku merasakan, betapa Tuhan sayang padaku.
Begitu menyelesaikan kontrak kerjaku sebagai Kasir, aku diajak untuk bergabung dan bekerja pada suatu Restoran Thailand sebagai seorang Pelayan. Aku tergiur dengan iming-iming gaji yang lebih besar. Belum lagi setiap karyawan dapat jatah makan siang 1x setiap hari kerja. Otak kalkulator ku mulai bekerja. Berarti setidaknya aku bisa menabung lebih banyak karena aku tidak perlu menghitung biaya pengeluaran untuk makan sehari-hari. Sebisa mungkin pada jam makan siang aku mengambil jatah makan yang lumayan menumpuki piring, lalu sebagian aku masukkan pada tempat bekal yang sudah kubawa dari kost. Lumayan untuk makan malam nanti. Begitu terus selama sebulan. Lalu tiba-tiba Supervisor memanggilku ke kantor. Mereka sudah mengetahui kisahku dan berniat untuk membantu. Mereka menawarkanku untuk menempatikamar mess milik kantor agar aku bisa menabung lebih cepat untuk mengumpulkan biaya kuliahku. Lagi-lagi, berkat Tuhan kurasakan mengalir begitu deras dalam setiap aliran darahku. Siang itu juga menjadi siang yang begitu membahagiakan hidupku. Setelah aku terima tawaran Supervisorku, siang itu juga entah mengapa aku jadi Pelayan paling sumringah dan paling bahagia.
Kupindahkan seluruh barang-barangku ke mess kantor. Itu berarti aku tak perlu jauh-jauh lagi untuk berangkat kerja. Tinggal nyebrang dikit, nyampe. Semakin bersemangatlah aku bekerja. Tapi mungkin Tuhan lagi-lagi mengujiku. Sebulan terakhir selama aku bekerja, aku menjadi Pelayan yang paling banyak dapat rekor pingsan diwaktu kerja. Supervisor mulai mengkhawatirkan kinerjaku. Mereka takut terjadi apa-apa terhadapku. Jadilah mereka memanggilku kembali. Mereka menanyakan perihal sakitku. Apakah sakitku ini, kedua orangtua sudah mengetahui. Jujur, aku tidak pernah bercerita sedikitpun mengenai hal ini pada orangtua. Mereka mulai menyarankan aku untuk istirahat. Merekatakut terjadi hal yang tidak baik terhadapku. Lagi-lagi aku harus mematahkan egoku lagi. Bukan lebih kepada ego, sih.. tapi prinsip. Dulu sebelum merantau, aku berprinsip bahwa aku tidak akan pernah menginjak tanah Medan kembali sebelum aku bisa meraih gelar sarjanaku, dan sudah bekerja dengan baik. Nyatanya Tuhan berkata lain. Ia ingin aku segera pulang. Melihat keadaan kedua orangtua dan adikku yang sudah sekitar 3tahun lebih kutinggalkan.
Jadilah, pada tanggal 13 Oktober, melalui jalan darat dan uang seadanya, aku pulang pada pangkuan tanah kelahiran.
Untuk pertama kalinya aku berjumpa kembali dengan orangtuaku. Mereka menjemputku dari pool pemberhentian bus ALS yang kutumpangi. Aku terkejut melihat wajah mereka. Kuyu dan semakin kurus. Seingatku mama adalah orang yang paling susah untuk kurus. Tapi pemandanganku kali itu beda. Ia terlihat kurus tak berdaya. Perubahan mama yang begitu drastis membuat airmataku jatuh tak tertahan. Mungkin ia stress, karena aku sementara memilih cuti kuliah. Padahal aku, semakin santai menyikapi takdirku. Tetapi perlahan selama aku di Medan, berat badan mama mulai naik. Kesehatannya mulai membaik. Aku juga cukup senang dengan perubahannya. Hanya saja perekonomian papa yang belum membaik. Papa menargetkan aku untuk terbang kembali ke Jogja untuk melanjutkan study ku pada akhir Januari. Tapi perlahan aku meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja. Masih banyak waktu untuk mengumpulkan uang. Aku berusaha mengalah lagi hanya karena aku takut mereka jatuh sakit lagi. Aku harus selalu menunjukkan bahwa aku bahagia. Aku baik-baik saja, meski jauh dalam lubuk hatiku, aku ingin kembali berkuliah, seperti dulu.
Hai 2015. Kau sungguh luar biasa. Menjalanimu adalah suatu hal yang sungguh berat untukku. 2015, kau sudah cukup baik dalam menempahku menjadi wanita kuat. Cengeng sih tetap, tapi setidaknya aku tetap bangkit dengan kakiku dan tidak stuck pada satu titik. Selamat tinggal 2015. Apa yang pernah kulalui didalammu, sampai akhir hayatku akan menjadi cerita paling indah yang akan kelak kuceritakan pada keturunanku nanti. Terimakasih untuk segala kisah.
Hai 2016. Kutunggu kejutan-kejutanmu menghiasi setiap lembaran kosong hari-hariku menjalani mu. Kuharap semakin banyak kejutan baik menghinggapi hidupku.

Sampai Jumpa 2015,
Selamat Datang 2016.

-Anastasya

Wednesday, December 30, 2015

Kamu

Sehebat kamu yang membuat saya paham
Ada cinta yang begitu dahsyat tertoreh pada stiap perlakuanmu
Sekuat kamu yang mampu menopang aku
Ketika sekitar menjatuhkanku. Menghancurkanku

Adalah kamu
Yang tetap menggenggam jemari kala ada yang begitu mematahkan hati
Yaitu kamu
Yang tetap tersenyum meyakinkan aku bahwa aku ini belum mati

Kamu
Semua yang ada pada dirimu
Setiap jengkal dari setiap lekuk bibirmu
Setiap inchi sentuhan jemarimu
Itu kamu, segalaku.