Tuesday, April 26, 2016

Kasus Sex Abuse di Lingkungan JIS : Hanya Rekayasa Demi Uang

Berawal dari suatu pagi (26/4), saya iseng mengecek akun Path (tanpa bermaksud untuk wake up di Path ya). Ada satu postingan teman yang 'sedikit' menyita perhatian saya. Kenapa saya bilang sedikit? Saat itu saya sedang sakit. Ga berniat untuk berfikir yang terlalu berat. Tp seperti ada dorongan yang mengatakan bahwa postingan teman saya yang satu ini tidak bisa diabaikan.
Kasus JIS? Tanya saya dalam hati. Kasus ini sempat menyita perhatian publik sekitar tahun 2014 lalu. Saya baca sekilas gambar screenshot yang ikut teman saya postingkan bersamaan dengan caption yang disertakan dengan link berita dibawah. Isi caption itu kurang lebih mengatakan bahwa ia sempat percaya pada berita yang beredar dan ia MENYESAL. Ia menyesal pernah mengutuk Cleaner yang disangkakan melakukan tindakan sodomi ini. Pun begitu juga dengan saya saat itu. Saya mati-matian mengutuk sodomi yang dilakukan secara berjamaah ini (karena seperti itulah yang dituduhkan kepada mereka). Sampai akhirnya kasus yang sempat tenggelam ini diusut kembali oleh seorang Kaskuser bernama 'Kurawa' yang postingannya di Kaskus itulah yang link nya disebarluaskan oleh teman saya tadi. Kalau punya waktu banyak dan berkenan membaca, saya akan menyediakan link hasil investigasi dari Kurawa mengenai kasus ini http://m.kaskus.co.id/thread/5714b6a594786844608b4567 . Saat saya dihadapkan pada kenyataan yang mengerikan itu, jujur saya menangis. Entah karena saya adalah orang yang melankolis atau karena memang kasus ini begitu menyentuh hati. Betapa sakitnya hati mereka dan keluarganya atas tuduhan pelecehan seksual tersebut.
Jujur sepanjang saya membaca hasil investigasi tersebut, bulu kuduk saya meremang. Betapa hukum ini terlalu gampang untuk dipermainkan hanya demi tuduhan yang sudah kepalang jauh dituduhkan, yang akhirnya lalu dibelokkan ke arah mencari keuntungan. Mereka dijemput paksa dari rumahnya dengan cara dijebak, sesampainya di kantor polisi mereka dipaksa untuk mengakui hal yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Yang menyedihkannya lagi salah seorang Cleaner yang dituduh sebagai salah satu pelaku sodomi disiksa di kamar mandi hingga tewas, demikianlah penuturan pelaku dalam nota pembelaannya (fotonya ada di link hasil investigasi yang tadi sudah saya berikan). Pihak berwajib menyamarkan penyebab kematian Azwar, sebagai salah satu pelaku bunuh diri dengan cara menenggak cairan wipol (pembersih lantai).
Pada saat konferensi pers, wajah para pelaku sengajaditutup dengan dalih agar pelaku tidak tertekan, padahal demi menutupi wajah mereka yang sudah sangat babak belur dihajar. Mereka berkata kepada Kurawa yang saat itu sedang melakukan investigasi bahwa pada saat konferensi pers itu hati mereka sangat sakit. Menerima cacian dan makian yang seharusnya tidak mereka terima. Sang aktor dari kasus ini tidak mau kehilangan akal. Ia semakin memperluas ranah hukum kasus anaknya yang sebenarnya baik-baik saja ini. Ia menggandeng KPAI, ibu-ibu wali murid JIS dan OC Kaligis sebagai kuasa hukumnya. Dimulailah babak baru kasus ini (Oh ya cerita saya disini hanya ringkasan dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Kurawa. Jadi kalau memang ingin mengetahui detailnya, sangat saya sarankan untuk membuka link yang tadi saya berikan). Mungkin Theresia ini sudah kepalang tanggung bikin skenario, dia buatlah skenario lain. Menuntut JIS membayar sekitar 12Juta USD sebagai biaya ganti rugi melalui jalur perdata. Ia beranggapan bahwa uang itu pun sebenarnya tidaklah cukup untuk kasus seberat anaknya ini. Tapi JIS tidak mau membayar lantaran ke-6 Cleaner ini hanya karyawan Outsoursing PT. ISS. Theresia tak hilang akal. Ia ingin supaya bagaimana caranya JIS melakukan ganti rugi. Dibuatlah skenario baru. Dari ibu-ibu wali murid yang dikumpulkan untuk menggalang dukungan, hanya satu yang benar-benar mau mengikuti jalan cerita yang sama seperti yang Theresia lakukan. Nama orangtua murid ini Dewi. Dewi bersedia membuat skenario baru kasus anaknya yang disodomi oleh 2 guru yang bekerja di JIS. Jadilah total tersangka kasus pelecehan seksual ini sebanyak 8 orang (1 orang tersangka bernama Azwar sudah meninggal dunia). Dari pengakuan Dewi inilah Theresia mendapat dukungan untuk menuntut JIS membayar ganti rugi. Dimana ganti rugi yang dimintakan awalnya 12juta USD naik menjadi 125jt USD. Kasus ini semakin menemui kejanggalan. Karena sepertinya Theresia lebih tertarik pada uang ganti rugi dibandingkan dengan tindak pidana yang sudah ia laporkan pertama kali (Duh untuk lebih lengkapnya silahkan pantengin akun Kaskusnya mas Kurawa, atau twitter (@kurawa) atau akun instagramnya (@tetapkurawa)) dimana sangat jelas diterangkan mengenai bagaimana begitu lihainya Marc dijadikan aktor cilik dalam kasus tersebut oleh ibu kandungnya sendiri, dan beberapa bukti yang dipalsukan oleh Theresia demi memuluskan aksinya.
Selama ini kita begitu gampang tergoda dan percaya akan pemberitaan di media luar. Kita begitu asyik menghujat tanpa mencari kebenarannya. Sementara pihak luar (mancanegara) sibuk memberikan dukungan pada pelaku dengan mengirimkan kartu ucapan kepada pihak keluarga pelaku dan menyelipkan beberapa lembar uang untuk sedikit membantu (artikel mengenai hal ini juga ada di link yg saya kasih tadi). Jujur saya malu. Mengapa kita Warga Negara Indonesia ga pernah mau tau kebenaran kasus ini. Bagai menelan pil bulat, tanpa tau pil itu gunanya buat apa. Sementara pihak luar sibuk mencari kebenaran kasus ini (ada wartawan CBC dari Kanada ya kalo ga salah punya data lengkap mengenai anuscopy yang dijalani oleh Marc yang mengatakan bahwa anus Marc baik-baik saja. Tidak ada kerusakan atau luka yang menyebabkan trauma pada si anak.
Seharian saya tuntaskan membaca seluruh artikel mengenai kasus ini. Tentu dengan iringan airmata pula. Terkadang saya sambil mikir, bisakah calon sarjana hukum seperti saya ini menolong dan menegakkan keadilan padahal saya cengeng seperti ini. Karena sebelum akhirnya saya tau kebusukan dari kasus ini, saya pernah menonton sebuah film yang menceritakan kurang lebih sama seperti kasus ini. Bedanya di film diceritakan bahwa yang dituduhkan sebagai pelaku adalah seseorang yang memiliki keterbelakangan mental. Judulnya 'Miracle In Cell Number 7' (bagi yang penasaran akan film ini silahkan cari sendiri ya. Saya kebetulan ga punya link nya). Makanya begitu tau ada kasus yang sama persis seperti ini, saya sedih. Mereka ga punya uang untuk menyediakan advokasi bagi dirinya sendiri. Karena para penasehat hukum yang disediakan negara tidak menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya (hanya formalitas saja). Jujur saya malu. Membiarkan hal ini mengalir begitu saja pun kita berdosa. Mereka hanya minta kita melakukan sedikit saja perbuatan untuk menolong mereka terbebas dari pelanggaran hak asasi manusia yang mereka alami. Untuk itu, saya ajak semua yang berkenan membaca dan meluangkan sedikit saja waktunya untuk mau menandatangani petisi yang dibuat khusus agar pemerintah mau mengusut tuntas kasus ini sampai selesai. Agar setidaknya mereka yang saat ini sedang menjalani masa tahanannya, menerima kembali hak kebebasan mereka seperti manusia pada umumnya. Seperti kehidupan mereka sebelum kasus ini merenggut hak asasi manusia mereka.
Tolong tandatangani petisi ini. Satu tanda tanganmu sangat berguna bagi mereka
https://www.change.org/p/usut-tuntas-kriminalisasi-kasus-jis-jakarta-internasional-school?recruiter=34332042&utm_campaign=signature_receipt_twitter_dialog&utm_medium=twitter&utm_source=share_petition

"You never know how strong you are, until being strong is your only choice" - Bob Marley
#justice4innocent

Ps: jika anda ingin memberikan bantuan lebih lanjut untuk kasus ini, silahkan kunjungi justice4innocent.id
Semoga hukum di negara kita semakin bisa ditegakkan.

No comments:

Post a Comment