Asamu tak sekuat kau melahapku dulu
Menceburkan ku sampai tak mampu bernafas pada lautan cintamu
Senyummu sanggup buat segala bentuk kekacauan berubah indah
Aku laksana surga bagi pengelana gurun seperti dirimu
Pada ujung nyanyian ini inginku mempertemukan
Segala rindu dan keluhan kalbuku
Rasa sesak ingin menumpahkan segala kesahku
Mencintaimu tak semudah memujamu
Walaupun sua tak kunjung kita usahakan,
Karena bodohnya kita lebih percaya pada kekuatan alam,
Tanpa berjuang berdua menyatukan harap
Tanpa ingin akan hidup berdua menjadi satu
Mencintaimu tak semudah memujamu
Tetapi hidup tanpamu serupa neraka bagiku
Jadi aku ingin satu hal tetap kau tau
Aku rela berada dineraka asalkan bersamamu.
Monday, March 21, 2016
Monday, March 14, 2016
Kau
Kau
Namamu sudah kupatri abadi dalam hati
Segala lara sudi kubagi
Macam bahagia turut kau nikmati
Engkaulah alasan terbesar hidupku
Engkaulah tarikan nafas tubuhku
Engkaulah larik terindah dalam kutipan doaku
Namun aku hanya hantu dalam hatimu
Aku ada padamu sekedar nama
Nyawaku tak pernah benar-benar berarti
Jiwaku bahkan enggan kau rengkuh
Aku berlalu begitu seluruh
Kau adalah sumur dendam terdalam hatiku
Kau pisau tertajam menusuk laraku
Segala iman kupertaruhkan untukmu
Aku rela lemah dalam pengabdianku
Penantianku kini berubah surut
Aku tak lagi laksana ombak yang beriak menanti hadirmu
Aku lesu pada sisa keping cintaku
Kau lah alasan terbesar kelemahanku.
Namamu sudah kupatri abadi dalam hati
Segala lara sudi kubagi
Macam bahagia turut kau nikmati
Engkaulah alasan terbesar hidupku
Engkaulah tarikan nafas tubuhku
Engkaulah larik terindah dalam kutipan doaku
Namun aku hanya hantu dalam hatimu
Aku ada padamu sekedar nama
Nyawaku tak pernah benar-benar berarti
Jiwaku bahkan enggan kau rengkuh
Aku berlalu begitu seluruh
Kau adalah sumur dendam terdalam hatiku
Kau pisau tertajam menusuk laraku
Segala iman kupertaruhkan untukmu
Aku rela lemah dalam pengabdianku
Penantianku kini berubah surut
Aku tak lagi laksana ombak yang beriak menanti hadirmu
Aku lesu pada sisa keping cintaku
Kau lah alasan terbesar kelemahanku.
Thursday, March 3, 2016
Derita Perempuan di Ujung Asa
Aku kacau sepanjang penghabisan perjalanan ini.
Aku bagai makhluk tak berpenghuni jiwa.
Maukah sekelak bersandar pada sakitku?
Supaya bisa sedikit saja kau tau macam apa rasanya?
Aku hendak bertekuk lutut pada setiap inchi sunyi yang menyergap
Badanku remuk ketika perlahan hendak merangkak.
Bahkan untuk menyematkan jejak pada tiap tapak kakipun,
Aku tak bisa
Pada setiap jengkal tubuhku ini sudah jadi milikmu
Sudah kau materaikan pada setiap sentuhanmu
Lantas mengapa masih ada tanya pada ujung ucapmu?
Aku kacau karena itu.
Penyerahanku tak pernah berujung untukmu
Pada setiap sunyi rela kutaruhkan demi untukmu
Bolehkah aku menyerah saja?
Aku tak tau hendak bersujud macam apa lagi.
Aku bagai makhluk tak berpenghuni jiwa.
Maukah sekelak bersandar pada sakitku?
Supaya bisa sedikit saja kau tau macam apa rasanya?
Aku hendak bertekuk lutut pada setiap inchi sunyi yang menyergap
Badanku remuk ketika perlahan hendak merangkak.
Bahkan untuk menyematkan jejak pada tiap tapak kakipun,
Aku tak bisa
Pada setiap jengkal tubuhku ini sudah jadi milikmu
Sudah kau materaikan pada setiap sentuhanmu
Lantas mengapa masih ada tanya pada ujung ucapmu?
Aku kacau karena itu.
Penyerahanku tak pernah berujung untukmu
Pada setiap sunyi rela kutaruhkan demi untukmu
Bolehkah aku menyerah saja?
Aku tak tau hendak bersujud macam apa lagi.
Subscribe to:
Posts (Atom)