Thursday, December 31, 2015

Selamat Tinggal, 2015

Bagi segelintir orang mungkin tahun ini adalah tahun penuh kebahagiaan dalam hidup mereka. Lain hal nya untukku. Mengawali tahun 2015, aku kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupku. Apa yg selama ini kupertahankan akhirnya lepas juga.  dilanjut lagi dengan aku dihadapkan pada kenyataan bahwa aku harus mengubur sementara impianku untuk melanjutkan pendidikanku di Sekolah Hukum. Langsung. Hal itu meluluh lantakkan hatiku. Kenyataan bahwa usaha kedua orangtuaku sedang mengalami kebangkrutan besar-besaran. Dua hal yang secara bersamaan membuatku rasanya ingin bunuh diri. Berfikir keras. Apa maksud Tuhan? Apa rencanaNYA? lama aku berfikir. Lama aku termangu. Sampai suatu hari ada satu kekuatan yang menghampiri lamunku. Menendang lamun itu jauh-jauh dari kepalaku. Aku ga bisa terus begini. Melamun ga bisa bikin aku kenyang. Aku putar otak. Saat itu uang yang tersisa tinggal 20ribu. Akhirnya kuputuskan. Aku harus bekerja.
Melalui lowongan online via aplikasi twitter yakni @LowkerJogja, aku menemukan satu pekerjaan. Mereka membutuhkan tenaga Kasir di salah satu Cafe Billiard daerah Demangan dengan klasifikasi tamatan SMA dan siap bekerja pada shift subuh. Saat itu tanpa berfikir panjang, aku langsung menghubungi nomor yg tertera pada lowongan kerja. Mungkin karena mereka membutuhkan secepatnya, sore itu juga aku langsung diminta untuk interview di kantor.
Puji Tuhan, lewat tahapan negosiasi gaji dan sebagainya. Aku diterima. Dengan kesepakatan kontrak selama 6 bulan, jadilah aku seorang kasir di Cafe tersebut. Jujur menjadi seorang kasir tidaklah mudah. Tanggungjawab yang dipikul sungguh berat. Yakni pendapatan per shift. Hilang sedikit, itu menjadi tanggungjawab kasir. Belum lagi stok rokok yang terkadang minus. Juga menjadi tanggungjawab kasir. Gaji yang tak seberapa dengan tanggungjawab yang begitu besar pula. Belum lagi dengan peraturan kantor yang apabila seorang karyawan tidak masuk tanpa pemberitahuan alias Alpa, akan dipotong 3hari gaji. Artinya Rp.700.00 ÷ 30 = ±23.000 × 3 hari kerja = ±70.000/ 1x Alpa.Bulan-bulan pertama saya kerja, saya bisa dikategorikan sebagai kasir teladan. Hampir tidak pernah ijin sakit atau bahkan Alpa. Malah saya merupakan karyawan yang paling doyan ambil jatah lembur. Lumayan. Per 1x shift lembur, dibayar Rp.30.000. Jadi pernah pada suatu bulan, saya mendapatkan gaji utuh, bonus gaji, serta uang lembur yang jumlahnya mencapai 1,3juta. Menurut saya itu adalah suatu pencapaian luar biasa dalam hidup saya selama saya bisa menghasilkan uang sendiri. Sampai pernah karena sering lemburnya, bagian HRD memanggil saya khusus untuk mengingatkan bahwa saya jangan terlalu diporsir untuk kerja. Mereka takut saya sakit.
Daaann.. Voila. Katakutan mereka menjadi kenyataan. Pada suatu bulan saya mengalami sakit yang luar biasa membuat saya bahkan untuk bangun dari tempat tidur pun tak mampu. Kepala sakit begitu hebatnya. Cukup lama saya tidak bekerja. Sampai-sampai gaji yang didapat tinggal Rp.300.000. Untuk membayangkan hidup saja saya sudah tak mampu. Bagaimana bisa bertahan dengan uang segitu? Belum lagi membayar kewajiban uang kost sebesar Rp.300.000. Tapi memang Tuhan masih bekerja dalam hidup saya. Ada saja orang-orang baik yang dikirimnya untuk menolong saya.
Yang paling membuat saya terheran-heran hingga saat ini adalah keajaiban kasihnya begitu melindungi saya dari awal saya bekerja sampai saya menyelesaikan kontrak dengan perusahaan. Jam kerja yang menuntu kami karyawannya untuk pulang pada dini hari. Pada hari Minggu sampai Kamis, Shift ke-II dimulai dari jam 19.00WIB sampai pukul 03.00WIB. pada hari Jumat dan sabtu, Shift ke-II dimulai pukul 21.00WIB sampai pukul 05.00WIB. Sementara hanya aku lah karyawan yang tidak mempunyai kendaraan. Hanya masih memberdayakan kaki yang masih lengkap dan sehat. Untuk seorang perempuan, pada jam-jam rawan seperti itu, selama 6 bulan saya bekerja. Tidak pernah saya mengalami kejadian yang mungkin bisa membahayakan dan mematikan untuk saya. Puji Tuhan. Baru akhir-akhir inilah saya mengingat kembali. Betapa Tuhan tidak pernah melepaskan pandangannya dari aku. Betapa Tuhan selalu menjauhkanku dari orang-orang yang berniat jahat padaku. Kalau dengan pikiran manusia, bisa saja saat aku pulang jam-jam segitu, dihadang, lalu dirampok, dibunuh atau apapun itu hal-hal buruk. Tapi Tuhan tidak pernah membiarkanku. Ia senantiasa tetap menjagai aku. Diaitulah benar-benar aku merasakan, betapa Tuhan sayang padaku.
Begitu menyelesaikan kontrak kerjaku sebagai Kasir, aku diajak untuk bergabung dan bekerja pada suatu Restoran Thailand sebagai seorang Pelayan. Aku tergiur dengan iming-iming gaji yang lebih besar. Belum lagi setiap karyawan dapat jatah makan siang 1x setiap hari kerja. Otak kalkulator ku mulai bekerja. Berarti setidaknya aku bisa menabung lebih banyak karena aku tidak perlu menghitung biaya pengeluaran untuk makan sehari-hari. Sebisa mungkin pada jam makan siang aku mengambil jatah makan yang lumayan menumpuki piring, lalu sebagian aku masukkan pada tempat bekal yang sudah kubawa dari kost. Lumayan untuk makan malam nanti. Begitu terus selama sebulan. Lalu tiba-tiba Supervisor memanggilku ke kantor. Mereka sudah mengetahui kisahku dan berniat untuk membantu. Mereka menawarkanku untuk menempatikamar mess milik kantor agar aku bisa menabung lebih cepat untuk mengumpulkan biaya kuliahku. Lagi-lagi, berkat Tuhan kurasakan mengalir begitu deras dalam setiap aliran darahku. Siang itu juga menjadi siang yang begitu membahagiakan hidupku. Setelah aku terima tawaran Supervisorku, siang itu juga entah mengapa aku jadi Pelayan paling sumringah dan paling bahagia.
Kupindahkan seluruh barang-barangku ke mess kantor. Itu berarti aku tak perlu jauh-jauh lagi untuk berangkat kerja. Tinggal nyebrang dikit, nyampe. Semakin bersemangatlah aku bekerja. Tapi mungkin Tuhan lagi-lagi mengujiku. Sebulan terakhir selama aku bekerja, aku menjadi Pelayan yang paling banyak dapat rekor pingsan diwaktu kerja. Supervisor mulai mengkhawatirkan kinerjaku. Mereka takut terjadi apa-apa terhadapku. Jadilah mereka memanggilku kembali. Mereka menanyakan perihal sakitku. Apakah sakitku ini, kedua orangtua sudah mengetahui. Jujur, aku tidak pernah bercerita sedikitpun mengenai hal ini pada orangtua. Mereka mulai menyarankan aku untuk istirahat. Merekatakut terjadi hal yang tidak baik terhadapku. Lagi-lagi aku harus mematahkan egoku lagi. Bukan lebih kepada ego, sih.. tapi prinsip. Dulu sebelum merantau, aku berprinsip bahwa aku tidak akan pernah menginjak tanah Medan kembali sebelum aku bisa meraih gelar sarjanaku, dan sudah bekerja dengan baik. Nyatanya Tuhan berkata lain. Ia ingin aku segera pulang. Melihat keadaan kedua orangtua dan adikku yang sudah sekitar 3tahun lebih kutinggalkan.
Jadilah, pada tanggal 13 Oktober, melalui jalan darat dan uang seadanya, aku pulang pada pangkuan tanah kelahiran.
Untuk pertama kalinya aku berjumpa kembali dengan orangtuaku. Mereka menjemputku dari pool pemberhentian bus ALS yang kutumpangi. Aku terkejut melihat wajah mereka. Kuyu dan semakin kurus. Seingatku mama adalah orang yang paling susah untuk kurus. Tapi pemandanganku kali itu beda. Ia terlihat kurus tak berdaya. Perubahan mama yang begitu drastis membuat airmataku jatuh tak tertahan. Mungkin ia stress, karena aku sementara memilih cuti kuliah. Padahal aku, semakin santai menyikapi takdirku. Tetapi perlahan selama aku di Medan, berat badan mama mulai naik. Kesehatannya mulai membaik. Aku juga cukup senang dengan perubahannya. Hanya saja perekonomian papa yang belum membaik. Papa menargetkan aku untuk terbang kembali ke Jogja untuk melanjutkan study ku pada akhir Januari. Tapi perlahan aku meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja. Masih banyak waktu untuk mengumpulkan uang. Aku berusaha mengalah lagi hanya karena aku takut mereka jatuh sakit lagi. Aku harus selalu menunjukkan bahwa aku bahagia. Aku baik-baik saja, meski jauh dalam lubuk hatiku, aku ingin kembali berkuliah, seperti dulu.
Hai 2015. Kau sungguh luar biasa. Menjalanimu adalah suatu hal yang sungguh berat untukku. 2015, kau sudah cukup baik dalam menempahku menjadi wanita kuat. Cengeng sih tetap, tapi setidaknya aku tetap bangkit dengan kakiku dan tidak stuck pada satu titik. Selamat tinggal 2015. Apa yang pernah kulalui didalammu, sampai akhir hayatku akan menjadi cerita paling indah yang akan kelak kuceritakan pada keturunanku nanti. Terimakasih untuk segala kisah.
Hai 2016. Kutunggu kejutan-kejutanmu menghiasi setiap lembaran kosong hari-hariku menjalani mu. Kuharap semakin banyak kejutan baik menghinggapi hidupku.

Sampai Jumpa 2015,
Selamat Datang 2016.

-Anastasya

Wednesday, December 30, 2015

Kamu

Sehebat kamu yang membuat saya paham
Ada cinta yang begitu dahsyat tertoreh pada stiap perlakuanmu
Sekuat kamu yang mampu menopang aku
Ketika sekitar menjatuhkanku. Menghancurkanku

Adalah kamu
Yang tetap menggenggam jemari kala ada yang begitu mematahkan hati
Yaitu kamu
Yang tetap tersenyum meyakinkan aku bahwa aku ini belum mati

Kamu
Semua yang ada pada dirimu
Setiap jengkal dari setiap lekuk bibirmu
Setiap inchi sentuhan jemarimu
Itu kamu, segalaku.

Thursday, November 19, 2015

Memendam Perasaan tak Selucu itu

Senja ini berbuah manis.
Diujungnya kutemukan hangat merona kemerahan
Perlahan berganti gelap ditinggalnya
Air mata sudah terjatuh dalam diam

Bukan
Bukan salah siapa-siapa
Hanya hatiku yg terlalu rapuh
Menaruh harapan kuat diatas dasar yg lemah
Menyimpan rasa yang luar biasa diatas hati yg kupaksakan tuk kuat

Kepingan ini coba tuk kusatukan kembali
Lalu perlahan aku datang berusaha mendekap
Namun yg kudekap adalah angin
Kau berlalu dalam keangkuhanmu

Hendak siapa yg patut kau persalahkan?
Aku kah?
Atau perasaan ku yg tumbuh untukmu?
Atau waktu yg pernah kita punyai walau sesaat?

Layakkah sakit yg kurasa?
Ketika sekuat mungkin aku mencoba bertahan
Ditengah ribuat tawa ejekkan kiri kanan telingaku
Ditengah remuknya hati kau pandang dng tatap remeh?

Ntahlah.
Harus siapa yg harus kubunuh
Perasaanku kah
Atau hatiku yg harus aku bunuh?

Disekat sisa-sisa perasaan ini
Yg tinggal beberapa keping karena satu persatu telah ku lego kan demi satu nama bernama cinta,
Aku berharap
Entah kapanpun kau sadar, aku pernah kagum padamu.

Aku harap semua bisa tau
Ketika mencoba mengabaikan luka lama demi hati sembuh oleh cinta baru
Diatas riuh tawa menyepelekan
Hai, memendam perasaan tak selucu itu..

Sunday, November 1, 2015

Spasi

Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak?
Dan saling menyayang bila ada ruang?
Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi.
Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kalu.
Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua denganjiwa lain yang searah.
Jadi, jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat tapi tidak dibebat.
Janganlah saling membendung, apabila tak ingin tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat,
Karena aku ingin seiring dan bukan digiring.

DL

Thursday, October 1, 2015

Pengalaman Pribadi, 2 Oktober 2015

Ini adalah pengalaman pertama saya. Seharusnya kejadian ini terjadi di malam hari. Padahal, malam sebelum kejadian ini, saya berada diluar sampai pukul 3 pagi mengunjungi teman di Terrace Cafe. Tetapi mungkin Tuhan itu mau ngasihtau saya, menasehati saya lewat kejadian ini.

Pagi ini, sekitar pukul 8 pagi lebih abang saya Bang Gega membangunkan saya. Meminta saya bergegas untuk segera belanja dan masak untuk makan siang hari ini. Segeralah saya dan pacar abang saya, yg biasa saya panggil Kak Mel bergegas untuk segera belanja. Saya ntah kenapa pagi itu ga doyan bawa dompet. Jd saya hanya mempersiapkan uang 10ribu dan beberapa receh di kantong. Kak Mel tiba-tiba bergumam dr garasi motor, kalau dia juga malas bawa dompet. Jd dia juga cuma membawa uang belanja dikantong. Sekitar 50ribu.
Kami menaiki motor mio merah milik Bang Gega menuju Pasar Sambilegi. Cukup jauh dari area rumah abang. Setibanya kami di pasar, mulailah jiwa keibuan kami keluar. Segala jurus tawar menawar pun kami luncurkan. Kami membeli beras 2 kg, tomat 1/2kg, kentang 1/2kg, Ayam Fillet 1/2kg, Tahu Putih 1/4kg, Ikan Teri 1kg, Bumbu sup, dan Gorengan titipan abang. Maka setelah semua yg kami butuhkan sudah terbeli, kami bergegas pulang. Lewat jalan yg berbeda dari jalan awal kami berangkat. Kami melewati Kampus Instiper, lewat rongroad sedikit, menyebrang, lalu masuk ke jalan  ber-gapura, mulailah kejanggalan terjadi. Untungnya jarak mulut gang ke ke rumah abang, hanya sekitar 500meter. Kami diikuti dari samping oleh 2 orang lelaki yang menaiki motor matic. Saya spontan memperendah laju motor yang kubawa karena ia seperti mengatakan sesuatu tetapi saya dan Kak Mel kurang mendengar. Ia meminta kami menghentikan kendaraan kami dan menuruti permintaan mereka. Saya yang sadar pasti akan terjadi hal yg tidak beres, saya langsung berkata tegas 'tidak'. Saya spontan menaikkan laju motor. Dalam hati berkata 'sedikit lagi rumah abang' karena dia masih mengikuti kami dari sebelah kanan, sementara rumah abang berada di sisi kanan gang, saya gas mendadak motor saya dan dia yg ngikutin kami pun kaget. Lalu saya rem mendadak motor yg ku bawa. Sengaja agar motor orang yg ngikutin kami, melaju lebih depan dibanding kami. Begitu rumah abang kelihatan, langsung aku masukkan motor ke dalam garasi. Kebetulan pagar ga dikunci. Syukurnya itu. Lalu kutantang mereka. "Apa?" Kataku lantang. Mereka seperti geram dan putar balik hendak ikut masuk kedalam rumah. Mungkin mereka pikir itu bukan rumah kami. Cuma buat cari perlindungan supaya makin g dikejar. Begitu dia hendak masukkan motornya mengikuti kami masuk kedalam garasi, saya langsung berteriak "ABAAANNNGG!!". Mendengar teriakanku, mereka takut lalu kabur kearah mulut gang selatan. Kak Mel yg udah pucat pasi langsung lari kekamar mendapatkan bang Gega. Tungkai kaki saya lemas. Tangan bergetar. Dibantu oleh seorang teman Bang Gega, saya berjalan masuk rumah. Untung saya bijak. Ga menuruti kemauan si tukang begal. Barulah agak tenang, bang Gega cerita bahwa disini memang banyak tukang begal. Yang lucunya, atau untungnya terjadi pada pagi hari, bukan tadi malam. Saya ga tau harus bersyukur atau merasa hampir apes dengan kejadian ini. Jujur ini pengalaman pertama saya. Untung saja kami berdua tidak bawa dompet. Karena didompet Kak Mel ada satu set kalung dan gelang emas miliknya. Semenfara di dompet saya, ada uang tabungan saya untuk pulang ke Medan.

Untuk pulang malam sih saya ga jera ya..karena saya selalu yg dibonceng. Bukan membonceng.. Tapi mungkin jdi lebih menambah kewaspadaan aja.

Just share ya kawan-kawan
GBU

Wednesday, September 30, 2015

Kopi dan Kekuatan Waktu

"Permisi mba, mas..kopi nya" suara server itu memecah kesunyian yang merayap diantara kami. Sembari menurunkan double espresso pesanannya dan Kopi Duren pesananku, untuk pertama kalinya semenjak kami tiba di Cafe ini, matanya berani menatap mataku. Aku membalas balik menatapnya. Serverpun berlalu seraya membawa nampannya setelah sebelumnya menyilahkan kami tuk menikmati pesanan kami.
"Kenapa?" Tanyaku akhirnya karena jengah ditatap seperti itu.
"Kamu yakin jadi pergi?" Tanyanya untuk kesekian kali. Aku menarik nafas malas.
"Harus berapa kali lagi ini kita bahas?"
"Aku cuma mau tanya keyakinan kamu" jawabnya ringan. Tapi tidak dengan tatapannya yg seolah mengharapkan aku berkata bahwa aku tidak yakin untuk pergi.
"Hei, disana itu ada orangtuaku. Dan kamu masih tanya aku yakin atau tidak? Yang pantas untuk kamu tanya yakin atau ga itu kalau aku bilang aku bakal tetap stay disini. Digerogoti sakitku."
"Tapi kamu tau kan disini ada aku?"
Mendengar pertanyaannya aku langsung membetulkan posisi dudukku.
"Sek, kamu bisa jawab ga, kamu itu siapaku sih?"
Ia diam. Namun matanya tetap menatapku. Tak lepas. Seolah ia ingin mentransfer informasi bahwa seharusnya aku tau dia siapa bagiku. Tapi aku memasang tampang tak mengerti sama sekali.
"Harus aku jawab?"
Aku tertawa mendengar pertanyaan baliknya. Aneh. Seolah olah selama ini ia sudah sering mengatakan padaku bahwa ia 'seseorang yang berarti bagiku' padahal nyatanya, kata kata itu tak pernah keluar dari mulutnya.
Kami diam lagi sejenak. Menikmati alunan lagu Rahasia-Payung Teduh yg disajikan oleh Kafe ini.
"Aku pikir aku berarti buat kamu"
"Ya, kamu sangat berarti bagiku. Tp aku belum tau mau menempatkan kamu seperti apa. Posisi kita sulit"
"Tapi tiap kali aku ajak kamu ngomong serius, kamu selalu menghindar. Bilang belum siap"
"Iya, memang. Kamu tau kan kondisi aku saat ini"
"Trus aku harus apa kalau kamu selalu begitu? AKu pikir dengan seperti ini, sudah cukup untukmu"
Aku menarik nafas panjang. Berfikir. Ya, saat ini aku lah yang sulit tuk dimengerti. Beban pikiranku begitu banyak. ada hal hal yg selalu berhasil mengunci jiwaku. Seperti mati rasa. Dihujani dan ditumpahkan beribu kasih namun aku diam mematung.
"Kan aku pernah bilang ke kamu, kamu bebas cari yg lain diluar sana. Aku g minta kamu untuk tetap stay nungguin aku"
"Itu selalu jadi alasanmu. Itu adalah kalimat yg paling malas untuk ku dengar" ujarnya lelah sembari melempar punggungnya pada sandaran sofa dan melempar tatapan ke sembarang arah.
"Hey, aku gak pernah minta kamu untuk selalu paham mauku. Maksudku. Aku sadar aku orang yg sulit dimengerti. Aku berfikir mungkin lebih baik aku fokus pada apa sakitku yg sebenarnya, lalu fokus pada ketertinggalan ku. Kamu tau banget aku mau jd apa kan? Mungkin sekarang kita lebih baik begini saja. Aku juga mau kamu fokus sama skripsimu. Sembari kamu jalan, siapa tau ada hati lain yg mencoba masuk. Aku kan ga tau. Kalau memang kata-katamu selama ini nyata adanya, kamu pasti bakal nunggu. Waktu yg bakal menjawab apa rasa itu kian membesar atau semakin surut lalu hilang"
Ia menatapku sekali lagi. Menyeruput kopinya untuk terakhir kali, lalu bangkit berdiri. Memberikan tangannya padaku.
"Ya, Waktu yang akan menjawab. Ayo pulang. Udah malam" ajaknya dengan wajah lucu khasnya. Aku tertawa sambil memberikan tanganku padanya.

Terimakasih karena tidak memaksaku.
Terimakasih karena kau percayakan semua pada kekuatan sang waktu.

Teruntuk seseorang disana, yg selalu menemaniku menikmati setiap tegukan kopi hangatku, Selamat Hari Kopi Nasional

Tuesday, September 29, 2015

Jogjakarta


Ada selaksa makna pada setiap tapak kupijakkan kakiku pada tanahnya.
Ada sebendung memori yang jika kuulas satu persatu, airmataku jatuh menambah bendungan.
Ada rasa ingin selalu kembali, meskipun aku belum pergi.
Seperti ada yang senantiasa menungguku di kota ini.
Ya, hangatmu.

Dimana aku belajar meredam fantasiku dan melihat lurus pada realita.
Dimana aku belajar bahwa tak selamanya yg dikata bibir begitu mudah.
Dimana aku belajar menjaring pertemanan sederhana namun penuh makna.
Didirimu. Jogjakarta.

Maaf, jika aku harus pulang dulu.
Bukan ku tak percaya hangatmu tak mampu menyembuhkanku.
Tapi jauh disana, ada hangat yg menungguku lebih lama.
Ada hangat yg merindukanku untuk pulang.

Jogja, aku berjanji aku akan kembali.
Dengan atau tanpa sakit ini.
Aku berjanji akan menuntaskan niat awalku datang pada hangatmu.
Meninggalkan hangat peluk ibu bapa ku demi merengkuh hangatmu.
Meninggalkan cinta mereka demi bercinta denganmu.

Tunggu aku pulang, Jogja.
Dengan atau tanpa raga.

Thursday, April 2, 2015

apa yang tak tersampaikan dari bibirku..

hai tercinta, apa kabar? akhir-akhir ini aku terlalu takut menyapamu sesering dulu. aku takut kau tidak suka. sekarang aku lebih suka memendam semuanya sendiri. paling banter ya curhat di blog. aku takut. ga bisajadi wanita yang benar-benar sempurna dimatamu.

ketahuilah sayang, dulu aku benar-benar tak ingin melibatkan dirimu dalam masalah-masalahku. aku terlalu takut kehilangnamu. tapi dengan yakin dan percaya kau meyakinkanku bahwa aku tak akan pernah sedikitpun merepotkanmu. aku mulai terbuka mengenai semua masalahku terhadapmu. aku kurang peka bahwa semakin hari kau bertambah tak nyaman. aku minta maaf. aku terlalu gamblang menceritakannya padamu. semua masalahku. aku menjadi kurang kontrol dan menjadi tiada batas. sampai akhirnya ketika semua sudah kelewat batas kita lakukan, kau mulai menarik batas.

melalui kata-katamu, aku jadi sadar, mengapa dulu lelaki yang pernah menjalin hubungan denganku begitu mudahnya meninggalkanku. begitu mudah mencampakkanku. aku lah letak permasalahannya. meskipun sudah jelas-jelas didepan mataku ia mencumbu wanita lain. meski jelas-jelas aku pernah menerima kekerasan fisik karena tak mau menuruti kemauannya. tetap aku lah yang salah. aku jadi sadar melalui kata-katamu.

tapi ketahuilah sayang, tidak sedikitpun terbesit dalam hatiku untuk memanfaatkanmu. tak pernah terbesit sedikitpun dalam hatiku untuk meninggalkanmu ketika kau terpuruk. salah satu caraku untuk benar-benar bisa lepas daribantuanmu adalah dengan bekerja. aku terlalu yakin bahwa aku kelak bisa menyandang gelar sarjana yang kini untuk 'sementara' harus kubelokkan perjalanannya mencari pundi-pundi rezeki. aku terlalu berambisi mendapatkan semua itu. berharap kau akan ikut memotivasi. namun kau mengingatkanku untuk 'berkaca' akan realita kehidupanku yang taka kan mendukung ku untuk menggapai mimpiku. perlahan akupun bangkit. mungkin itu salah satu caramu untuk secara halu mengingatkan bahwa tak selamanya kau akana 'mendukungku'. tapi sumpah demi apapun, bukan itu maksudku. aku hanya ingin aku bangga memilikiku. setidaknya dengan aku menyandang gelar sarjana, kau bangga memperkenalkan aku kepada sanak saudaramu kelak. hanya itu. aku hanya butuh dorongan doamu. tanpa maksud meminta 'dorongan' lain.

maaf atas sifat kanak-kanakmu yang akhirnya membuatmu lantang mengatakan bahwa kau sangat membenciku. aku terlalu nyaman mengganggap kau akan selalu maklum. kau selalu percaya pada kekuatan waktu yang akan merubahku perlahan menjadi lebih dewasa. tapi ternyata aku salah. sifatku membuatmu jenuh. maafkan aku. :'(

aku tak sanggup jika harus mengutarakan langsung padamu. aku ga mau kita berselisih pendapat lagi. kuusahakan selalu menjadi seperti yang kau mau. kuusahakan selalu untuk membuatmu tak melepaskanku. jika kau pernah bilang, bahwa tanpa aku pun hidupmu bahagia, bahkan jauh lebih bahagia, maafkan aku jika aku katakan sumber bahagiaku salah satunya adalah dirimu. sumber semangatku adalah dirimu. secara perlahan kujadikan dirimu sebagai sentra segala kehidupanku. tapi aku berani bersumpah, ini semua bukan atas bantuan yang selama ini kau berikan kepadaku.

aku tau, dihatimu masih ada perasaan terhadapku walau tak sebesar dulu. kata kebanyakan orang, level tertinggi dalam mencintai seseorang adalah dengan membiarkannya bahagia dengan hati yang lain. dulu aku mengganggap hal itu adalah omong kosong. tetapi perlahan aku mulai sadar, tak baik terus memaksamu berada disisiku, meskipun aku berani kau adu kasih dengan hati wanita manapun, bahwa aku adalah juaranya. tetapi aku benar-benar mau kau mendapatkan wanita yang selalu mebuat hari-harimu lebih hidup. tanpa nya kau hampa, berkat dia kau lebih bahagia. bukan seperti aku yang selalu membuat kau susah hati, tak bisa selalu menemanimu karena hampir tiap malam aku berjuang menafkahi diriku sendiri. mengabaikan omongan-omongan orang diluar sana mengenai pekerjaanku yang mereka anggap hina.

aku tak mau masalah keluargaku terus membayangi hidupmu. aku terlahir dari keluarga tak berada. aku tak mau orang beranggapan aku hanya ingin memanfaatkanmu. jika kelak kau bertemu dengan hati wanita itu, aku siap. aku berjanji aku siap. aku berjanji akan terus melanjutkan hidupku. tetapi ijinkan aku tetap menjaga namamu utuh dihatiku tanpa harus mengganggu hidup baru mu kelak dengannya.

jika sampai nanti pun kau tetap merasa bahwa aku terus "menginjak-injak" seperti yang kau katakan, kau boleh pergi. berarti dengan cinta seadanya namun sekuat tenagaku yang telah kuberikan padamu, masih tak cukup baik untukmu. aku meminta maaf.

ketahuilah satu hal, kebahagiaan terbesar dalam diriku adalah memilikimu, aku bahagia pernah mendapat tempat dihatimu.

Yang sangat mencintaimu, tanpa berkurang secuipun

Anastasya..

Tuesday, January 27, 2015

Surat Untuk Sahabatku

Dear Anastasya.

taukah dirimu, bahwa namamu memiliki arti yang sangat bagus? Anastasya. yang diambil dari bahasa latin, yang artinya 'yang akan bangkit kembali setelah terpuruk'. aku tak percaya kata pujangga bahwa apalah arti dari sebuah nama. karena aku yakin, kamu bisa sekuat arti dari namamu.
aku tau kamu tengah bersedih. jelas. ketika yang dicinta mulai menunjukkan perubahan selangkah demi selangkah, kamu khawatir. tentu, karena (lagi-lagi rasa cinta yang begitu tak terbendung) melingkupi dirimu, hanya untuknya seorang.
aku tau betapa bangga nya dulu kau menunjukkan selembar foto berisi wajah kekasihmu padaku. aku turut gembira akan hal itu. melihatmu bisa tertawa bahagia karena hari-harimu bisa terisi oleh kehadirannya dan cintanya membuatmu tak lepas dari sunggingan senyum indahmu itu.
mendengar setiap curhatanmu tentangnya, jujur awalnya aku agak sedikit bosan. tapi yah, kau adalah sahabatku. setiap kebahagiaan yang kau ceritakan padaku, entah mengapa tak pernah diisi oleh kecemburuan atau keirianku didalamnya.
sahabatku sayang, tapi aku jugalah manusia. dan aku pun perempuan. kita makhluk yang diijinkan Tuhan untuk berperasaan rapuh, namun tegar. aku pun percaya akan hal itu terjadi padamu. kala kulihat setetes bahkan menjadi ribuan deraian airmata dipipimu mengalir, membuatku tak kuat hati. betapa kau mencintainya begitu dalam. aku tak pernah melihatmu memperlakukan kekasihmu yang sebelumnya seperti ini. aku tau dari awal, betapa keyakinanmu terhadapnya begitu besar. aku amini keyakinanmu. berharap memang dialah orang yang bisa kupercaya untuk setidaknya bisa menjaga dan mencintaimu seumur hidupnya.
aku suka karakter kekasihmu yang satu ini. dia baik, dan ia sangat mencintaimu. tetapi sepertinya ia sedikit tertutup padamu ketika ia sedang diliputi masalah. sepertinya ia tak ingin membuatmu susah hati seperti dirinya. percayalah, itu pikiran positifku. walaupun pada kenyataannya kita hanya wanita yang tak dapat berbuat apa-apa walaupun ia sudah menceritakan setiap masalahnya terhadap kita karena kemampuan kita adalah hanya dalam DOA.
percayakah kau kekuatan dalam DOA, sahabat? aku sangat percaya pada hal itu. apalagi kalian adalah pasangan Jarak Jauh yang secara batin kalian harus dilatih dengan kekuatan doa satu sama lain. aku senang melihatmu sering berdoa untuknya. untuk setiap masalahnya. diiringi dengan airmata berharap yang si empuNYA hidup menjamah doamu. yah, karena DOA adalah salah satu menunjukkan CINTA yang paling sempurna, menurutku. setidaknya itulah yang kubaca dari beberapa buku.
aku bahagia mendengar kau sudah memperkenalkan dia pada keluargamu dan ia pun sudah memperkenalkan dirimu kepada keluarganya. dan yang paling membuatku bahagia adalah ketika keduanya mendapat respon yang begitu baik. semakin besar keyakinanku mempercayakan dirimu ke tangannya untuk sisa umur kalian berdua. diam-diam aku suka mengamini setiap rencana-rencana kedepan yang sudah mulai kalian bangun yang sesekali tak sengaja kudengar, tengah menjadi salah satu bahan perbincangan kalian via telefon.
sayang, saat ini kalian tengah dicoba. lagi. jujur aku sangat bersedih hati mendengar tangismu. begitu kencang dan begitu getir. tak mampu kupandang wajahmu yang penuh dengan airmata kesedihanmu. aku percaya. kau kuat, sayang. walaupun awalnya aku sungguh kaget dan sedikit kecewa terhadap pilihan yang sudah kalian lakukan. jujur, apa yang sudah kalian berdua lakukan adalah suatu kesalahan. tetapi ketika ia belum mampu menatap resiko atas kesalahan yang sudah kalian perbuat, jadilah yang terkuat sayang. sesuai namamu. jikalau memang menurut penuturannya, ia tak kuat lagi dengan hubungan kalian ini, jadilah yang paling kuat. jangan menyerah. aku percaya, jika ia mencintaimu, ia akan mencarimu. ia akan tetap mencintaimu. karena ia mencintaimu. bukan karena rasa kasihan terhadapmu. ada aku disampingmu. menangislah sejadimu. sekuat yag kau bisa. lalu setelah itu kubantu kau untuk kembali berdiri menghadapi kenyataan. jangan takut. aku dan doaku selalu bersamamu. Tuhan pun tak akan pernah meninggalkanmu.

salam sahabat terkasihmu