Friday, November 14, 2014

Meraba-raba

ini adalah kali pertamanya saya mencoba untuk menulis di blog. ya jadi harap maklum kalau tulisannya masih rada-rada geblek bahasanya.
saya ingin membahas mengenai "Meraba-raba" dalam hubungan berpacaran. jangan ngeres dulu. ini bukan lebih kepada fisik. tapi hati.
saya punya teman yang sudah 2 tahun berpacaran. sebut saja nama mereka berdua Bayu dan Dian (bukan nama sebenarnya). saya sangat dekat dengan mereka berdua. yah boleh dibilang saya adalah salah satu tim sukses Bayu dalam rangka penembakan Dian dulu. bagi saya hubungan merekacukup baik. Bayu dengan kalemnya dan Dian dengan kelincahannya. jadi setelah 2 tahun mereka bersama, saya baru tau kalau ternyata didalam hubungan mereka terdapat masalah. dan saya mengetahui hal ini dari si pelaku langsung, Dian. dia tiba-tiba mengajak saya untuk ketemuan. kita janjian disuatu tempat dan begitu si Waitress selesai menulis pesanan, tangis nya langsung tumpah ruah. lah saya bingung dong? tak tanya, kamu kenapa? dia cuma menambah debit airmata dan menambah volume tangisnya. saya mencoba untuk membiarkan nya tenang sejenak sambil tetap saya "puk-puk".sekitar 30 menit dia selesai dengan ritualnya, lalu ia mulai bercerita bahwa ternyata masalahnya ada pada hubungannya dengan Bayu. ia bercerita bahwa Bayu sekitar 3 bulan ini menurutnya 'agak' berubah. dia menjelaskan bahwa ini terjadi semenjak Bayu dilantik menjadi salah satu anggota Pers di kampusnya. Dian mencoba untuk mengerti akan kesibukan dan termasuk hobi Bayu, menulis. Bayu yang memang dari awal jatuhnya adalah tipikal yang introvert dan rada cuek, jadi semakin cuek dengan adanya aktifitas barunya ini.ditambah lagi dari kabar burung yang saya dengar bahwa Bayu sedang ada masalah dalam keluarganya. Dian mengatakan bahwa akhir-akhir ini mereka lebih sering berkomunikasi lewat telepon dibanding sekedar quality time diakhir pekan seperti layaknya orang pacaran. dan Dian pun mengungkapkan bahwa selama bertelepon itupun Bayu kebanyakan diam. tidak bersuara sampai akhirnya Dian yang memulai topik. Dian, dan saya cukup tau bahwa se tertutup apapun Bayu, dia adalah orang yang cukup kocak, enak diajak bicara, dan pengayom.
"kebayang kan kamu nas kalau jadi aku. sekota, tapi gabisa ketemu, telponan kaya LDR an. punya pacar tapi serasa ga punya pacar."
"mungkin dia punya masalah" jawabku sekenanya.
"ya tapi apakah aku ga layak tau masalah apa yang lagi dia alami? aku ini siapanya sih nas? apa dengan dia bercerita denganku malah memperburuk masalahnya? sebegitu sialnya kah aku?" ujarnya terisak. saya terdiam. kalau saya berada diposisi Dian saat ini pasti saya akan melakukan hal yang sama dengan Dian.
"kamu udah pernah coba tanya masalahnya apa, gak? tanyaku lagi.
"udah nas. dan dia hanya jawab 'gak apa-apa'. nas, aku ga cukup bodoh untuk percaya dengan kata-katanya itu sementara aku juga cukup peka untuk menyadari kalau ada sesuatu yang salah di pasangan aku yang membuat dia berubah" isaknya lagi.
"sampai kapan aku harus meraba-raba begini? sementara kalau aku desak dia untuk bicara soal masalahnya, aku akan semakin sadar betapa menjengkelkan nya wanita seperti aku. tapi ketika aku mencoba untuk diam, aku akan sadar betapa tidak peka nya aku terhadap masalah pacarku. sementara masalah yang dia alami sudah cukup merembet sampai ke dalam hubungan kita berdua"
"setidaknya dia sadar nas, oh ya sekarang saya sudah punya pacar. apa salahnya membagi cerita tentang masalah apa yang sedang saya alami dengan pacar saya. yah walaupun mungkin ketika aku tak bisa secara langsung membantu masalahnya, setidaknya aku menjadi lebih mengerti, tidak bertanya-tanya lagi ada apa."
"kamu udah coba BBM atau telfon dia ga satu hari ini"
"udah. udah tak BBM. cuam di Read tok. tak telfon, ga diangkat."
saya terdiam. jujur saya bingung. saya ga bisa mempermasalahkan tentang sifat Bayu yang emang dasarnya tertutup. tapi menurut saya benar yang dikatakan oleh Dian. ketika kita sudah sepakat untuk bersama-sama menjalani hubungan, salah satu dari sekian banyak yang harus dibangun adalah Komunikasi. ya, komunikasi yang baik. menurut saya sah-sah saja menjadi orang yang tertutup. mungkin dia adalah tipikal orang yang menjunjung tinggi Privasi. boleh. itu tidak dilarang. tapi yah, setau saya Pacaran Dewasa itu yah yang memandang pacaran sebagai 'latihan' sebelum akhirnya kita naik ke jenjang yang lebih. saya bisa bilang begini mungkin karena saya adalah orang yang sangat menghargai sebuah hubungan. sebisa mungkin saya anggap adalah hal yang serius ( curhat dikit ). jadi, di tahap 'pacaran' inilah kita belajar untuk saling mengenal pribadi masing-masing, terbuka mengenai apapun itu. secara tidak sadar sebenarnya dari cara pasangan kita menanggapi sebuah kejadian, cara pasangan kita menyelesaikan suatu masalah, apakah ia tetap tenang seraya tetap berfikir keras, atau lebih menunjukkan sikap panik dan tidak santai sampai-sampai terbawa sakit, ya kita bisa belajar. oh, begini toh pacarku. jadi kita bisa belajar slah-slahan. maksudnya semisal ketika pasangan kita sedang Moody, kita tau harus melakukan apa tanpa membuatnya menjadi semakin Moody. lebih tepatnya tau atur strategi terjitu. ya semua itu tadi bisa terjadi ya dengan satu kata; KOMUNIKASI. kita ga bisa menuntut pacar kita untuk selalu mengerti tentang kita. pasangan kita bukanlah Mentalist yang bisa paham apa maksud kita tanpa kita memulai komunikasi. belajar dewasalah dengan adanya suatu hubungan.bukannya melulu untuk selalu meminta pasangan untuk mengerti tentang kita. tanpa kita komunikasikan apa mau kita, apa masalah kita. belajarlah sebelum akhirnya berujung pada Missunderstanding. seolah suatu hubungan itu adalah sebuah Rumah, bayarlah listrik tepat waktu agar rumah tetap memiliki suplay cahaya yang cukup, supaya ga salah meraba ( halah, ga jelas)
sekian Tulisan pertama saya. maaf kalau rada ga jelas. karena hey, jujur. menulis itu rada susah. :*


salam hangat, Anastasya.

1 comment:

  1. Sungguh mengharukan T_T tp pesan akhirnya gaj jelas kakak..

    ReplyDelete